Pendangkalan Pelabuhan Pulau Baai Lumpuhkan Perekonomian Enggano, Kerugian Petani Capai Miliaran Rupiah

Krisis Ekonomi Melanda Enggano Akibat Pendangkalan Pelabuhan

Pulau Enggano, Bengkulu, tengah menghadapi krisis ekonomi yang serius akibat pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai. Kondisi ini menyebabkan isolasi wilayah dan kerugian besar bagi warga, terutama para petani. Perwakilan warga Enggano, Herwin Kauno, menyampaikan keluh kesahnya kepada Plt Sekretaris Daerah Provinsi Bengkulu, Herwan Antoni, mengenai dampak buruk yang mereka rasakan.

"Kondisi warga Enggano saat ini sangat memprihatinkan. Selain terisolasi, mereka juga kesulitan mendapatkan bahan makanan," ujar Herwin. Pendangkalan alur pelabuhan mengakibatkan kapal-kapal tidak dapat beroperasi secara optimal, menghambat pasokan kebutuhan pokok dan distribusi hasil bumi.

Nasib Tragis Hasil Panen Pisang

Salah satu komoditas utama yang terdampak parah adalah pisang. Herwin menjelaskan bahwa dalam satu minggu, hasil panen pisang di Enggano dapat mencapai 250 ton. Akibat tidak adanya kapal pengangkut, sekitar 1.000 ton pisang per bulan terbuang percuma. "Bayangkan, jika satu kilogram pisang dihargai Rp 5.000, maka kerugian mencapai Rp 5 miliar per bulan," ungkapnya dengan nada frustrasi. Warga Enggano berencana menuntut ganti rugi kepada Pelindo atas kerugian yang mereka alami.

Selain pisang, komoditas lain seperti ikan dan emping melinjo juga mengalami nasib serupa. Hasil panen tidak dapat dijual ke luar pulau, menambah beban ekonomi bagi masyarakat Enggano. Pihak warga berencana menghitung total kerugian akibat lambannya pengerukan alur yang dilakukan oleh Pelindo.

Upaya Pemerintah Daerah

Menanggapi keluhan warga, Plt Sekretaris Daerah Provinsi Bengkulu, Herwan Antoni, berjanji akan menindaklanjuti masalah ini dan meminta Pelindo untuk mempercepat pengerukan alur. "Pemerintah Provinsi terus berupaya agar persoalan alur ini dapat teratasi. Gubernur bahkan telah bertemu dengan Direktur Utama Pelindo di Jakarta dan meminta Kementerian Perhubungan untuk mengalihkan pengelolaan alur ke Pemerintah Provinsi," jelas Herwan.

Sebelumnya, kejadian memilukan sempat terjadi di mana para petani pisang terpaksa membuang hasil panen mereka ke laut karena tidak ada transportasi laut yang beroperasi. Kepala Desa Kaana, Alamudin, mengungkapkan bahwa sejak pendangkalan alur pelabuhan Pulau Baai, kapal pengangkut penumpang dan hasil bumi menjadi terhambat, menyebabkan kerugian besar bagi para petani.