Ekonomi Indonesia di Awal Tahun 2025: Pertumbuhan Melambat di Tengah Tantangan Domestik dan Global

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun 2025 menunjukkan perlambatan, mencapai 4,87% secara tahunan (year-on-year). Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya yang mencapai 5,11%. Perlambatan ini memunculkan pertanyaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengungkapkan bahwa realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut berada di bawah ekspektasi awal pemerintah sebesar 5,2% dan juga di bawah konsensus pasar sebesar 4,92%. Hal ini mengindikasikan adanya pelemahan yang lebih dari sekadar fluktuasi jangka pendek. Beberapa faktor struktural diidentifikasi sebagai penyebab utama perlambatan ini.

Faktor-faktor Pemicu Perlambatan

  • Investasi yang Melemah: Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) hanya tumbuh 2,12% secara tahunan, jauh lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 5,03%. Hal ini mencerminkan sikap wait-and-see dari pelaku usaha akibat tingginya suku bunga domestik dan ketidakpastian global yang dipicu oleh ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.
  • Konsumsi Rumah Tangga yang Melambat: Meskipun masih tumbuh 4,89% secara tahunan dan didorong oleh faktor musiman seperti Ramadhan dan Idul Fitri, pertumbuhan konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dibandingkan kuartal sebelumnya. Penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Maret 2025 menjadi indikasi penurunan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi.
  • Kontraksi Belanja Pemerintah: Belanja pemerintah mengalami kontraksi sebesar 1,38% secara tahunan, sejalan dengan kebijakan efisiensi fiskal di awal tahun. Realisasi belanja negara per Maret 2025 baru mencapai 17,1% dari pagu, menunjukkan pemanfaatan ruang fiskal yang belum optimal untuk mendorong aktivitas ekonomi.

Penopang Pertumbuhan Ekonomi

Di tengah tantangan tersebut, ekspor menjadi satu-satunya penopang utama pertumbuhan ekonomi, tumbuh 6,78% secara tahunan. Kenaikan pariwisata dan ekspor komoditas tertentu menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekspor. Namun, kontribusi ekspor ke AS terhadap PDB Indonesia yang relatif kecil membuat dampak kebijakan tarif agresif AS terhadap Indonesia masih terbatas.

Secara keseluruhan, perlambatan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2025 mencerminkan kombinasi faktor eksternal dan internal. Ketegangan perdagangan global dan kebijakan proteksionis AS memberikan tekanan eksternal, sementara kinerja domestik yang lesu, terutama pada sisi investasi dan realisasi belanja pemerintah yang lambat, memperburuk kondisi tersebut.