Ekonomi Indonesia di Awal Tahun Melambat: Analisis BPS Ungkap Penyebab

markdown Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini merilis data yang menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2025. Angka pertumbuhan tercatat sebesar 4,87 persen, sebuah penurunan signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana pertumbuhan mencapai 5,11 persen.

Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap tren penurunan ini. Salah satu faktor yang paling menonjol adalah absennya momentum pemilihan umum (Pemilu) yang terjadi pada kuartal I tahun 2024. Pada periode tersebut, aktivitas Pemilu mendorong peningkatan konsumsi pemerintah, yang pada gilirannya memacu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, pada kuartal I 2025, tanpa adanya Pemilu, konsumsi pemerintah mengalami kontraksi sebesar 1,38 persen, berbanding terbalik dengan pertumbuhan positif sebesar 1,09 persen yang tercatat pada periode yang sama tahun sebelumnya.

"Belanja pemerintah yang cukup besar terutama untuk pemilihan umum pada triwulan pertama tahun lalu. Jadi di tahun lalu ada pemilu, di tahun ini tidak ada pemilu, itu salah satunya," ujar Amalia Adininggar Widyasanti.

Mengenai isu efisiensi anggaran yang sedang digalakkan pemerintah, Amalia menjelaskan bahwa dampaknya belum terlalu terasa pada konsumsi pemerintah di awal tahun ini. Penurunan konsumsi lebih disebabkan oleh faktor tidak adanya Pemilu dibandingkan dengan dampak langsung dari kebijakan efisiensi anggaran. Menurutnya, realokasi anggaran baru akan terealisasi pada kuartal II 2025 dan seterusnya, setelah melalui proses administrasi yang diperlukan.

Selain itu, momen libur panjang Idul Fitri tahun 2025 yang jatuh pada awal kuartal II juga menjadi faktor yang mempengaruhi. Efek konsumsi yang biasanya terjadi selama periode libur Lebaran akan lebih terasa pada perhitungan pertumbuhan ekonomi kuartal berikutnya. Meskipun demikian, konsumsi rumah tangga masih menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 2,61 persen pada kuartal I, didorong oleh momentum Tahun Baru, bulan Ramadhan, dan persiapan menjelang Idul Fitri.

"Momen Idul Fitri itu pada triwulan I 2025 jatuh di tanggal 31 Maret 2025 sehingga momen hari pertama Idul Fitrinya jatuh di triwulan I, tetapi H+2, H+3, dan liburan selanjutnya itu tidak terekam dalam triwulan I 2025, yang libur panjangnya itu nanti terekam di triwulan II 2025," jelasnya.

Dari sisi produksi, industri pengolahan secara keseluruhan menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik, yaitu sebesar 4,55 persen dibandingkan dengan 4,13 persen pada tahun sebelumnya. Namun, jika dirinci lebih lanjut, industri pengolahan non-migas mengalami kontraksi pertumbuhan, dari 4,64 persen menjadi 4,31 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua sektor industri mengalami pertumbuhan yang sama, dan ada beberapa sektor yang justru mengalami perlambatan.

Secara keseluruhan, perlambatan ekonomi pada kuartal I 2025 merupakan hasil dari kombinasi beberapa faktor, termasuk tidak adanya Pemilu, pergeseran momen libur Idul Fitri, dan kinerja industri pengolahan yang beragam. Pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal-kuartal berikutnya.