Upaya Penggagalan Teror Warnai Konser Lady Gaga di Rio de Janeiro
Konser Lady Gaga yang berlangsung di Rio de Janeiro, Brasil, diwarnai dengan upaya penggagalan aksi terorisme. Acara yang dihadiri lebih dari dua juta penggemar ini, menjadi konser terbesar dalam sejarah karir penyanyi yang dijuluki Mother Monster tersebut. Antusiasme Little Monsters, sebutan bagi penggemar Lady Gaga, telah terlihat sejak pagi hari, mereka rela mengantre untuk menyaksikan penampilan idolanya yang membawakan lagu-lagu dari album terbarunya, Mayhem, termasuk Abracadabra dan Die With a Smile.
Lady Gaga tampil memukau dengan kostum bernuansa tim nasional sepak bola Brasil, menunjukkan totalitasnya di hadapan para penggemar. "Kalian telah menungguku lebih dari 10 tahun," ucapnya sambil membentangkan bendera Brasil, mengenang konser terakhirnya di negara tersebut pada tahun 2012.
Konser akbar ini didanai sepenuhnya oleh Pemerintah Kota Rio de Janeiro sebagai bagian dari program revitalisasi ekonomi lokal. Pemerintah berharap konser ini dapat memberikan suntikan dana sekitar Rp 1,6 triliun ke sektor pariwisata dan bisnis lokal. Guna mengamankan jalannya acara, sebanyak 5.000 personel polisi diterjunkan, dilengkapi dengan detektor logam, drone, dan teknologi pengenal wajah.
Namun, di balik kemeriahan konser, terungkap adanya ancaman serius yang berpotensi menggagalkan acara tersebut. Kepolisian Brasil berhasil menggagalkan rencana serangan teror yang menargetkan komunitas LGBTQ+ yang hadir di konser tersebut.
Menurut laporan dari CNN International, dua orang telah ditangkap karena diduga merekrut remaja untuk melakukan serangan menggunakan bom rakitan dan bom molotov. Seorang tersangka lainnya bahkan dituduh berencana melakukan ritual mengerikan dengan mengorbankan bayi atau anak kecil, dengan alasan Lady Gaga adalah seorang pemuja setan.
Kepolisian menamai operasi ini sebagai Operation Fake Monster, karena para pelaku menyamar sebagai penggemar Lady Gaga untuk mencari simpatisan secara online. Mereka diketahui berasal dari kelompok kebencian yang aktif di deep web, menyebarkan konten kekerasan dan propaganda yang meresahkan.
Pihak manajemen Lady Gaga menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya ancaman ini sebelum konser berlangsung. Mereka baru mengetahui informasi tersebut setelah berita tersebar luas. Meski demikian, konser tetap berjalan lancar tanpa insiden berarti.
Seorang penonton bernama Dani Morera Trettin mengungkapkan rasa syukurnya atas tindakan cepat kepolisian. "Jika polisi mengumumkan hal ini sebelumnya, bisa saja terjadi kepanikan massal," ujarnya.