Kaltim Jajaki Kolaborasi Pertanian dengan Jawa Barat Usai Insiden 'Gubernur Konten'

Pertemuan antara Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Rudy Mas'ud, dan mantan Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi, di kediaman Dedi di Subang, Jawa Barat, membuka peluang kerjasama strategis di sektor pertanian. Pertemuan ini terjadi setelah Rudy Mas'ud sempat melabeli Dedi Mulyadi sebagai "gubernur konten" dalam sebuah forum di DPR.

Fokus utama pembahasan dalam pertemuan tersebut adalah potensi sinergi untuk mengatasi tantangan di sektor pertanian Kaltim. Dedi Mulyadi menyoroti bahwa Kaltim memiliki lahan pertanian, perairan, dan perkebunan yang luas, namun menghadapi keterbatasan sumber daya manusia untuk mengelolanya secara optimal. Fenomena ini disebabkan oleh dominasi sektor pertambangan yang menarik sebagian besar tenaga kerja di Kaltim.

Untuk mengatasi defisit tenaga ahli di bidang pertanian, Dedi Mulyadi menawarkan solusi konkret berupa penempatan tenaga kerja terampil dari Jawa Barat di wilayah Kaltim. Ia menyatakan kesiapan untuk mengirimkan petani dan nelayan berpengalaman untuk mengelola sumber daya alam Kaltim yang melimpah. Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi sektor pertanian Kaltim secara signifikan.

Rudy Mas'ud menyambut baik tawaran kerjasama dari Dedi Mulyadi. Dia mengapresiasi respons cepat dan solusi konkret yang ditawarkan. Pemerintah Provinsi Kaltim menunjukkan kesiapan untuk berkolaborasi secara intensif dengan Jawa Barat dalam mewujudkan program ini. Kaltim saat ini memprioritaskan peningkatan kualitas sumber daya manusia di sektor pertanian. Salah satu langkahnya adalah melalui program kelas khusus yang bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Padjadjaran (Unpad) yang diperuntukkan bagi mahasiswa Kaltim dan akan dibiayai oleh Pemprov Kaltim.

Isu "gubernur konten" sendiri mencuat saat rapat antara gubernur dan Komisi II DPR di Jakarta. Rudy Mas'ud secara spontan menyebut Dedi Mulyadi sebagai "gubernur konten".

Dedi Mulyadi menanggapi julukan tersebut dengan santai. Ia menjelaskan bahwa strategi pembuatan konten yang dilakukannya justru memberikan dampak positif berupa penghematan anggaran iklan pemerintah provinsi. Menurutnya, dengan memanfaatkan konten yang viral, Pemprov Jabar mampu menekan biaya iklan dari sekitar Rp 50 miliar menjadi hanya Rp 3 miliar.

Kerjasama antara Kaltim dan Jabar ini diharapkan tidak hanya mengatasi masalah kekurangan SDM di sektor pertanian Kaltim, tetapi juga menjadi model sinergi antar daerah dalam memanfaatkan potensi masing-masing untuk kemajuan bersama. Fokus pada pengembangan SDM dan pemanfaatan teknologi diharapkan dapat menjadi kunci keberhasilan kerjasama ini. Kedepannya, kerjasama ini dapat diperluas ke sektor lain seperti perikanan dan pariwisata untuk memperkuat perekonomian kedua provinsi.

Beberapa poin utama yang bisa digarisbawahi adalah:

  • Pertemuan antara Gubernur Kaltim dan Dedi Mulyadi membahas kerjasama di sektor pertanian.
  • Kaltim kekurangan SDM di sektor pertanian karena dominasi sektor pertambangan.
  • Jabar menawarkan solusi dengan mengirimkan petani dan nelayan ke Kaltim.
  • Kaltim memiliki program peningkatan SDM pertanian bekerjasama dengan IPB dan Unpad.
  • Isu "gubernur konten" mencuat dalam rapat di DPR.
  • Dedi Mulyadi mengklaim kontennya menghemat biaya iklan Pemprov Jabar.