Kisah Inspiratif Munindra: Pedagang Mainan Keliling Surabaya-Bali Raih Kesuksesan di Usia Senja
Di tengah hiruk pikuk Kota Surabaya, tepatnya di depan sebuah halte bus di Jalan Darmo, terlihat seorang pria paruh baya bernama Munindra. Dengan peluh membasahi wajah, ia memikul dagangan mainan anak-anak. Di usianya yang tak lagi muda, semangatnya untuk mencari rezeki tetap membara.
Setiap hari, Munindra memulai aktivitasnya dengan berbelanja mainan di Pasar Atom. Setelah itu, ia berkeliling di sekitar sekolah-sekolah di kawasan Karah dan Ketintang, menawarkan dagangannya kepada anak-anak. Profesi ini telah ia lakoni selama lebih dari 40 tahun, membawanya menjelajah berbagai kota, mulai dari Surabaya hingga Bali.
Kisah hidup Munindra dimulai pada tahun 1969, saat ia merantau ke Surabaya dari Bojonegoro. Saat itu, usianya baru tujuh tahun. Ia mengikuti orang tuanya untuk berjualan buah di Pasar Blauran. Selama lima tahun, ia membantu orang tuanya berdagang. Namun, setelah lulus SD, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah karena kondisi ekonomi keluarga yang sulit.
Di usia 17 tahun, Munindra mencoba berbagai pekerjaan lain. Ia sempat menjadi penjual koran jalanan selama tiga tahun. Kemudian, ia beralih menjadi pedagang pakaian di sekitar Siola, Jalan Tunjungan. Di sinilah ia bertemu dengan seorang teman yang mengajaknya untuk berdagang keliling ke berbagai kota di Jawa Timur.
"Awalnya saya masih jualan pakaian, belum jualan mainan," kenang Munindra. Ia menjelajahi berbagai kota seperti Surabaya, Nganjuk, Ngawi, Madiun, dan Tulungagung, mengikuti berbagai bazar dan acara, mulai dari pertunjukan wayang kulit hingga pameran dan festival. Melihat potensi pasar mainan anak-anak, ia pun mulai menjual mainan selain pakaian.
Namun, perjalanan hidup Munindra tidak selalu mulus. Ia pernah mengalami musibah ketika dagangannya dicopet habis saat berjualan di pasar. Saat itu, ia menitipkan dagangannya kepada seorang pedagang lain untuk mengambil barang yang tertinggal. Namun, ketika kembali, dagangannya sudah hilang.
Di tengah keterpurukannya, Munindra mendapat tawaran dari seorang teman untuk mengikuti pameran di Bali. Awalnya, ia menolak karena tidak memiliki modal. Namun, temannya menawarkan untuk menjualkan barangnya dengan sistem bagi hasil. Tawaran ini akhirnya diterima oleh Munindra, dan ia pun berangkat ke Bali.
Di Bali, dagangannya laku keras. Keuntungan yang ia dapatkan bahkan melebihi modal awalnya. Ia pun dapat membeli mainan baru dan melanjutkan usahanya. Sejak saat itu, Munindra tidak lagi berkelana ke luar kota. Ia hanya berjualan di sekitar pasar tradisional dan pasar malam di Surabaya.
Saat akhir pekan, ia berjualan di kawasan Car Free Day (CFD) Surabaya dan Kebun Binatang Surabaya (KBS). "Sekarang sudah tua, tenaga sudah tidak sekuat dulu. Jadi, sekarang di Surabaya saja," ujarnya.
Berkat kerja kerasnya selama bertahun-tahun, Munindra berhasil membeli rumah untuk keluarganya. Kini, anaknya sudah bekerja di sebuah perusahaan aplikasi. Munindra berjualan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mengisi waktu luang.
Kisah Munindra adalah contoh nyata bahwa dengan kerja keras dan semangat pantang menyerah, kesuksesan dapat diraih, bahkan di usia senja sekalipun.
Beberapa poin penting dalam kisah Munindra:
- Kerja keras dan semangat pantang menyerah: Munindra tidak pernah menyerah meski menghadapi berbagai kesulitan.
- Kemampuan beradaptasi: Munindra mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dan peluang pasar.
- Jaringan pertemanan yang kuat: Munindra memiliki teman-teman yang selalu mendukungnya.
- Rezeki tidak akan tertukar: Munindra percaya bahwa rezeki sudah diatur oleh Tuhan.