Dedi Mulyadi Soroti Eskalasi Kenakalan Remaja: Ancaman Serius Bagi Masa Depan Bangsa
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengungkapkan keprihatinannya yang mendalam terhadap fenomena kenakalan remaja yang semakin mengkhawatirkan. Ia menegaskan bahwa masalah ini jauh melampaui kenakalan biasa dan telah berkembang menjadi ancaman sistemik yang terorganisir, berpotensi membahayakan ketahanan bangsa di masa mendatang.
Dalam pernyataan yang disampaikan melalui media sosial, Dedi Mulyadi menyoroti bahwa banyak pihak cenderung meremehkan kasus kenakalan remaja. Padahal, menurutnya, permasalahan ini terstruktur dengan baik, terencana, dan dijalankan dengan program yang terkoordinasi. Ia mengidentifikasi dua jalur utama yang digunakan dalam gerakan kenakalan remaja saat ini. Pertama, melalui kelompok-kelompok yang seringkali berkedok organisasi sekolah atau komunitas informal yang secara sistematis mempengaruhi perilaku anak-anak. Kedua, melalui pemanfaatan media sosial sebagai platform untuk menyediakan "panduan" menjadi bagian dari geng atau kelompok kriminal.
"Di media sosial, tersedia tutorial atau semacam panduan bagi mereka untuk menjadi gangster. Mereka sangat menyadari bahwa anak di bawah umur memiliki perlindungan hukum dan tidak dapat diproses secara pidana umum. Inilah celah hukum yang mereka manfaatkan," ujar Dedi Mulyadi.
Ia menilai bahwa pendekatan konvensional dalam menangani anak-anak nakal dan pelaku kriminal saat ini kurang efektif dalam memberikan efek jera. Proses peradilan anak yang diikuti dengan pembinaan khusus seringkali tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Keterbatasan fasilitas pembinaan di kepolisian juga menjadi kendala. Akibatnya, banyak anak yang hanya dibina secara singkat di kantor polisi sebelum dikembalikan ke masyarakat.
"Banyak kasus ditangani secara kekeluargaan, anak dikembalikan ke orang tua, dan akhirnya kembali menjadi bagian dari kelompok gangster," tambahnya.
Situasi ini semakin diperburuk dengan penyebaran luas aksi kekerasan dan pembunuhan yang dilakukan oleh remaja melalui media sosial. Video-video tawuran dan penganiayaan yang diunggah secara online memicu eskalasi kekerasan dan memberikan dampak negatif yang signifikan bagi generasi muda.
"Yang paling mengerikan adalah ketika mereka tawuran, melakukan penganiayaan hingga membunuh, lalu direkam dan diposting di media sosial. Ini tidak bisa kita biarkan. Kita tidak bisa hanya berwacana, harus ada tindakan nyata," tegas Dedi Mulyadi.
Sebagai langkah konkret, Dedi Mulyadi telah menginstruksikan agar remaja yang terlibat dalam tindakan kriminal dan kenakalan berat dibawa ke barak militer untuk mendapatkan pendidikan dan pendisiplinan. Ia meyakini bahwa pendekatan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang tanggung jawab dan kedisiplinan.
Selain itu, Dedi Mulyadi juga mendorong optimalisasi tim siber untuk membubarkan organisasi remaja yang bermuatan kriminal. Ia bahkan menyarankan agar media sosial yang digunakan sebagai sarana pengorganisasian kejahatan dimatikan.
"Ini bukan sekadar geng pelajar, ini adalah upaya sistemik untuk melumpuhkan generasi muda bangsa. Bahkan terkait juga dengan jaringan bisnis ilegal lewat perangkat media sosial," tegasnya.
Gubernur Dedi Mulyadi menekankan bahwa kenakalan remaja saat ini jauh berbeda dengan kenakalan di masa lalu. Masalah ini telah menjadi ancaman serius terhadap masa depan Indonesia yang memerlukan penanganan komprehensif.
"Ini bukan kenakalan remaja biasa, ini persoalan ketahanan bangsa. Untuk itu, mari kita bersama-sama menyelesaikan secara komprehensif persoalan ini tanpa saling menyalahkan," pungkasnya.