Museum Perusnia: Kisah Pemuda Bangkalan Melestarikan Sejarah Mata Uang Nusantara dan Dunia
Di Bangkalan, Jawa Timur, berdiri sebuah museum unik bernama Museum Perusnia. Museum ini bukan sekadar tempat menyimpan benda-benda kuno, melainkan sebuah oase pengetahuan tentang sejarah mata uang dari berbagai penjuru dunia. Di balik berdirinya museum ini, ada seorang pemuda bernama RP Salman Al Rosyid, seorang kolektor uang sejati yang mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan warisan numismatik.
Salman, yang mulai mengoleksi uang sejak usia dini, menyimpan ribuan mata uang dengan nilai historis yang tinggi. Koleksinya mencakup mata uang dari masa kerajaan di Indonesia hingga mata uang dari ratusan negara lain. Kecintaannya pada uang kuno bermula dari masa kecilnya ketika ia didiagnosis dengan disleksia. Di tengah kesulitan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya, Salman menemukan hiburan dan ketertarikan pada uang-uang koin yang dikumpulkannya. Setiap koin memiliki keunikan tersendiri, dengan detail gambar dan ornamen yang memikat perhatiannya.
Perjalanan Seorang Numismatis
Salman tidak hanya mengumpulkan uang, tetapi juga mempelajari sejarah di balik setiap lembar dan koin. Ia bahkan lebih tertarik pada mata uang yang memiliki nilai historis yang kuat. Salah satu koleksi andalannya adalah mata uang dari Kerajaan Sriwijaya, yang disebut Kati. Mata uang ini digunakan pada abad ke-6 hingga ke-9 Masehi, pada masa kejayaan Hindu-Buddha di Nusantara. Kati berbentuk lempengan perunggu yang menyerupai tanduk, dengan berat yang berbeda-beda untuk menentukan nilai tukarnya.
Selain mata uang Nusantara, Salman juga memiliki koleksi mata uang mancanegara yang tak kalah menarik. Salah satunya adalah mata uang Mark dari Jerman yang dicetak pada masa peralihan Perang Dunia I ke Perang Dunia II. Pada masa itu, Jerman mengalami hiperinflasi yang parah, sehingga nilai mata uang merosot drastis. Salman mengisahkan bahwa pada saat itu, masyarakat Jerman bahkan membakar uang kertas Mark karena nilainya lebih rendah daripada kayu bakar.
Museum Perusnia: Wujud Kecintaan pada Sejarah
Dengan koleksi uang yang semakin banyak, Salman memutuskan untuk membuka museum pada tahun 2021. Museum Perusnia dibangun dengan dana pribadi dari hasil tabungannya. Museum ini menjadi wadah bagi Salman untuk berbagi pengetahuan dan kecintaannya pada sejarah mata uang kepada masyarakat luas.
Museum Perusnia terbuka untuk umum dan tidak memungut biaya masuk. Salman ingin agar semua orang dapat belajar tentang sejarah mata uang tanpa terbebani biaya. Untuk perawatan museum, ia menggunakan dana pribadi yang diperoleh dari pekerjaannya sebagai pengajar dan penulis buku.
Destinasi Wisata Edukasi
Meskipun bukan seorang sejarawan formal, Salman memiliki pengetahuan yang mendalam tentang sejarah mata uang. Ia dengan senang hati menjelaskan sejarah setiap mata uang kepada para pengunjung museum. Museum Perusnia kini menjadi destinasi wisata edukasi yang populer di Bangkalan, terutama bagi para pelajar dan mahasiswa yang ingin mempelajari sejarah perkembangan mata uang di Indonesia dan dunia.
Pengunjung Museum Perusnia tidak hanya berasal dari Indonesia, tetapi juga dari mancanegara. Wisatawan dari Belanda, Australia, dan Amerika Serikat sering berkunjung untuk melihat koleksi dan belajar sejarahnya.
Museum Perusnia adalah bukti nyata dari kecintaan seorang pemuda terhadap sejarah dan warisan budaya. Melalui museum ini, Salman tidak hanya melestarikan mata uang kuno, tetapi juga menginspirasi generasi muda untuk mencintai sejarah dan budaya bangsa.
Koleksi Unggulan Museum Perusnia
- Mata Uang Kati dari Kerajaan Sriwijaya
- Mata Uang Mark dari Jerman pada Masa Hiperinflasi
- Koleksi Lengkap Mata Uang Indonesia dari Masa ke Masa
- Ratusan Mata Uang dari Berbagai Negara di Dunia