LPEM UI: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Awal 2025 di Bawah Target

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal pertama tahun 2025. Dalam analisis terbarunya, LPEM UI memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode tersebut akan berada di bawah 5 persen.

Ekonom LPEM FEB UI, Teuku Riefky, menjelaskan bahwa proyeksi ini didasarkan pada evaluasi mendalam terhadap kondisi ekonomi domestik terkini dan tekanan-tekanan yang berasal dari ekonomi global. Menurutnya, ada beberapa faktor yang menjadi perhatian utama.

Salah satu poin penting yang disoroti adalah ketidakmampuan Indonesia untuk memanfaatkan potensi keuntungan dari perang dagang global yang mungkin terjadi. Di sisi lain, pemulihan produktivitas di dalam negeri juga belum menunjukkan tanda-tanda yang signifikan.

"PDB Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,94 persen di Kuartal I 2025, dengan kisaran estimasi antara 4,93 persen hingga 4,95 persen. Untuk keseluruhan tahun 2025, proyeksi pertumbuhan adalah 4,95 persen, dengan kisaran estimasi 4,9 persen hingga 5 persen," ungkap Riefky dalam laporan risetnya.

Riefky menambahkan, angka-angka ini mengindikasikan bahwa ekonomi Indonesia menghadapi tantangan serius untuk mencapai target pertumbuhan 5 persen yang ditetapkan oleh pemerintah. Tren penurunan pertumbuhan ekonomi dari 5,05 persen pada tahun 2023 menjadi 5,03 persen pada tahun 2024 menjadi perhatian khusus.

Menurut LPEM UI, penyebab utama dari kondisi ini adalah melemahnya mesin pertumbuhan struktural ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini tercermin dari:

  • Penurunan daya beli masyarakat
  • Penyusutan jumlah kelas menengah
  • Melemahnya produktivitas sektoral secara persisten

Sebelumnya, ekonomi Indonesia sering kali mengandalkan faktor musiman seperti Ramadan, Idul Fitri, dan libur akhir tahun untuk mendorong pertumbuhan. Meskipun faktor-faktor ini masih memberikan kontribusi pada kuartal IV 2024, dampaknya semakin berkurang.

"Pada periode libur akhir tahun lalu, masyarakat cenderung memilih destinasi wisata yang lebih dekat, menunjukkan pelemahan daya beli seiring dengan penurunan pengeluaran untuk kebutuhan tersier," jelas Riefky.

Jika kondisi ini tidak segera diatasi, LPEM UI memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus melemah. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya dorongan dari faktor musiman dan belum adanya revitalisasi yang signifikan pada mesin pertumbuhan ekonomi struktural.

Selain tantangan internal, ekonomi Indonesia juga menghadapi tekanan eksternal. Eskalasi perang dagang yang dipicu oleh Amerika Serikat, dengan rencana pengenaan tarif impor terhadap banyak negara, menimbulkan risiko tindakan balasan dan menciptakan ketidakpastian global.

"Meskipun rencana pengenaan tarif impor oleh AS saat ini ditangguhkan, potensi perang dagang global masih mungkin terjadi, memicu berbagai risiko negatif terhadap Indonesia, seperti arus investasi, perdagangan internasional, inflasi impor, depresiasi mata uang, tekanan pada postur fiskal, serta perlambatan ekonomi secara menyeluruh," pungkasnya.