Lonjakan Harga Pangan di Jepang Diprediksi Berlanjut Hingga 2025

Ekonomi Jepang dihadapkan pada tantangan inflasi yang semakin nyata, dengan proyeksi kenaikan harga yang signifikan pada ribuan produk makanan hingga tahun 2025. Berdasarkan riset dari Teikoku Databank, sebuah lembaga riset swasta terkemuka, lebih dari 14.000 produk makanan diperkirakan akan mengalami penyesuaian harga. Angka ini melampaui total produk yang mengalami kenaikan harga pada tahun sebelumnya, menandakan eskalasi masalah inflasi di sektor pangan. Survei tersebut melibatkan 195 produsen makanan besar di seluruh Jepang, dan memperkirakan 14.409 produk makanan akan mengalami kenaikan harga sampai dengan bulan Oktober 2025.

Lonjakan harga ini dipicu oleh kombinasi faktor kompleks, termasuk peningkatan biaya bahan baku global, kenaikan biaya logistik dan energi, serta kekurangan tenaga kerja yang semakin parah. Biaya bahan baku telah meningkat secara signifikan akibat gangguan rantai pasokan global dan faktor geopolitik. Sementara itu, biaya logistik, listrik, dan gas juga terus meningkat, menambah tekanan pada produsen makanan. Kekurangan tenaga kerja, terutama di sektor pertanian dan manufaktur, telah memaksa perusahaan untuk menaikkan upah untuk menarik dan mempertahankan pekerja, yang selanjutnya berkontribusi pada kenaikan biaya produksi. Situasi ini diperparah dengan kenaikan harga beras yang signifikan, meskipun pemerintah telah berupaya untuk menstabilkan pasar melalui pelepasan cadangan beras.

Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang mencatat bahwa harga beras rata-rata pada minggu yang berakhir 20 April mencapai 4.220 yen per lima kilogram, naik tiga yen dari minggu sebelumnya. Kenaikan ini menandai tren kenaikan harga selama 16 minggu berturut-turut. Meskipun laju kenaikan harga beras melambat, harga saat ini lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang mencapai 2.088 yen. Peningkatan penjualan beras juga mencerminkan kekhawatiran konsumen terhadap inflasi dan upaya untuk membeli persediaan sebelum harga naik lebih lanjut. Pemerintah Jepang telah melakukan lelang beras cadangan dan berencana untuk terus melepas lebih banyak cadangan setiap bulan hingga musim panas untuk menstabilkan harga. Teikoku Databank memperkirakan bahwa lebih banyak produsen makanan akan terus menyesuaikan harga sepanjang tahun, terutama menjelang dan setelah musim panas, karena tekanan inflasi terus berlanjut. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen Jepang harus bersiap menghadapi kenaikan harga pangan yang berkelanjutan dalam beberapa bulan mendatang.

Berikut faktor-faktor yang menjadi penyebab utama kenaikan harga:

  • Biaya Bahan Baku: Peningkatan biaya bahan baku global.
  • Biaya Logistik dan Energi: Kenaikan biaya transportasi, listrik, dan gas.
  • Kekurangan Tenaga Kerja: Meningkatnya biaya tenaga kerja akibat kekurangan pekerja.

Situasi ini menyoroti tantangan kompleks yang dihadapi ekonomi Jepang dalam mengatasi inflasi dan memastikan keterjangkauan pangan bagi konsumen. Upaya pemerintah untuk menstabilkan harga beras melalui pelepasan cadangan menunjukkan komitmen untuk mengatasi masalah ini, tetapi efektivitas jangka panjang dari tindakan ini masih harus dilihat. Dampak kenaikan harga pangan terhadap daya beli konsumen dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan akan terus dipantau dengan cermat.