Petani Muda Blora Keluhkan Infrastruktur, Akses Wisata dan Ekonomi Desa Terhambat

Kabupaten Blora, Jawa Tengah – Aksesibilitas infrastruktur jalan yang memadai menjadi krusial bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah pedesaan. Adi Latif Mashudi, seorang petani melon sekaligus pemilik Agrowisata Petik Buah Girli Smart Ecosystem Farming di Desa Sumberjo, Kecamatan Japah, Blora, mengungkapkan harapannya agar pemerintah daerah dapat segera membenahi infrastruktur jalan menuju desanya.

Adi, yang juga terpilih sebagai Duta Petani Muda atau Young Ambassador Agriculture (YAA) 2025 oleh Kementerian Pertanian (Kementan), menjelaskan bahwa kondisi jalan yang rusak menjadi kendala utama dalam menarik wisatawan ke agrowisatanya. Lokasi yang relatif jauh dari pusat kota dan kerusakan jalan sepanjang 7,5 kilometer di ruas Bogem-Sumberejo, yang telah berlangsung selama belasan tahun, membuat biaya operasional meningkat dan membahayakan pengguna jalan.

"Ruas jalan Bogem - Sumberejo banyak bebatuan dan belum diperbaiki secara menyeluruh. Kondisi ini menyebabkan peningkatan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan biaya perawatan kendaraan. Jika jalan diperbaiki, anggaran tersebut dapat dialokasikan untuk keperluan lain yang lebih produktif," ujar Adi saat ditemui di agrowisatanya.

Kondisi jalan yang buruk juga membahayakan para pengguna jalan, terutama mereka yang tidak familiar dengan kondisi jalan tersebut. Beberapa kali, wisatawan dari luar Blora hampir terperosok ke jurang di dekat kebun Jambu Kristal akibat jalan yang licin dan rawan longsor.

Keikutsertaan Adi dalam program YAA 2025, yang merupakan bagian dari program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) Kementan, semakin memantapkan tekadnya untuk meningkatkan perekonomian di pedesaan. Program ini menjadi wadah untuk mengkonfirmasi dan mengembangkan usahanya selama ini.

"Kami berupaya menarik wisatawan ke desa kami, karena kami memiliki potensi desa dan SDM yang kompetitif. Namun, infrastruktur yang memadai, terutama jalan, menjadi kunci utama keberlanjutan sektor pariwisata," tegas Adi.

Sebelum menjadi petani sukses, Adi sempat bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Korea Selatan selama 6 tahun dengan gaji yang menggiurkan. Selama di Negeri Gingseng, ia juga menyelesaikan studi S1 Manajemen Bisnis di Universitas Terbuka. Kini, dengan menjadi petani melon, Adi mampu meraih omzet hingga Rp 30 juta per bulan.

Adi berharap, dengan perbaikan infrastruktur jalan, potensi wisata dan ekonomi di Desa Sumberjo dan sekitarnya dapat berkembang pesat, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Pembenahan infrastruktur diharapkan dapat mempermudah akses bagi wisatawan dan investor, serta memperlancar distribusi hasil pertanian dan produk lokal lainnya. Ini pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di wilayah pedesaan Blora.

Berikut poin-poin penting yang menjadi harapan Adi:

  • Perbaikan infrastruktur jalan sepanjang 7,5 kilometer di ruas Bogem-Sumberejo.
  • Peningkatan aksesibilitas menuju Agrowisata Petik Buah Girli Smart Ecosystem Farming.
  • Penghematan biaya operasional, termasuk BBM dan perawatan kendaraan.
  • Peningkatan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan.
  • Peningkatan potensi wisata dan ekonomi di Desa Sumberjo dan sekitarnya.
  • Peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.

Diharapkan, pemerintah daerah dapat segera menindaklanjuti keluhan dan harapan Adi, serta petani lainnya di Blora, dengan memprioritaskan pembangunan dan perbaikan infrastruktur jalan. Dengan infrastruktur yang memadai, potensi ekonomi pedesaan dapat dioptimalkan, sehingga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat dan mengurangi kesenjangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan.