Buku Keterampilan Hidup dari Cucu Ki Hadjar Dewantara, Relevansi Pendidikan di Era Digital

Cucu dari Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, Antarina SF Amir, meluncurkan sebuah buku yang berfokus pada pengembangan keterampilan hidup (life skills) yang esensial bagi generasi muda, khususnya Generasi Z. Buku berjudul 'Life Skills for All Learners: How to Teach, Assess, and Report Education's New Essential' ini diterbitkan oleh ASCD (Association for Supervision and Curriculum Development), sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Amerika Serikat. Penulisan buku ini merupakan kolaborasi dengan Thomas R. Guskey dari Redea Institute.

Antarina SF Amir menekankan bahwa meskipun konsep yang diangkat dalam buku ini bersifat universal, implementasinya sangat relevan untuk merekonstruksi sistem pendidikan di Indonesia. Buku ini menyoroti pentingnya menanamkan keterampilan hidup sejak dini, mulai dari pendidikan dasar hingga menengah, sebagai fondasi penting sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.

Fokus utama buku ini adalah pembentukan keterampilan hidup (life skills) yang dianggap krusial bagi generasi muda. Antarina menjelaskan bahwa keterampilan ini tidak hanya relevan setelah pendidikan tinggi, tetapi harus ditanamkan sejak pendidikan dasar hingga sekolah menengah atas. Keterampilan hidup ini mencakup berbagai aspek yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di era modern.

Buku ini memperkenalkan delapan pilar keterampilan hidup yang meliputi:

  • Meta Level Reflection (Berpikir Tingkat Meta): Kemampuan untuk merefleksikan proses berpikir dan belajar, serta memahami bagaimana seseorang belajar.
  • Expert Thinking (Berpikir Pakar): Kemampuan untuk menganalisis masalah secara mendalam dan menemukan solusi yang efektif, layaknya seorang ahli di bidangnya.
  • Creativity and Innovation (Kreativitas dan Inovasi): Kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan menerapkan solusi kreatif dalam berbagai situasi.
  • Adaptability and Agility (Kemampuan Beradaptasi): Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan dan situasi yang berbeda dengan cepat dan efektif.
  • Audience Centered Communication (Komunikasi Berpusat pada Audiens): Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan berbagai audiens, dengan mempertimbangkan kebutuhan dan karakteristik mereka.
  • Synergistic Collaboration (Kolaborasi Sinergis): Kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain secara efektif dan menghasilkan hasil yang lebih baik melalui kolaborasi.
  • Empathic Social Skills (Keterampilan Sosial Empatik): Kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain, serta membangun hubungan yang positif dan suportif.
  • Ethical Leadership (Kepemimpinan Etis): Kemampuan untuk memimpin dengan integritas, tanggung jawab, dan moralitas yang tinggi.

Antarina meyakini bahwa dengan menguasai keterampilan dasar ini, individu dapat belajar secara mandiri dan efektif. Meskipun Generasi Z tumbuh di era digital, fondasi keterampilan hidup ini sangat penting untuk memperkuat literasi digital mereka. Literasi digital tidak hanya tentang penggunaan perangkat dan aplikasi, tetapi juga tentang kemampuan untuk mengevaluasi informasi secara kritis, memahami implikasi etis dari teknologi, serta menggunakan teknologi secara bertanggung jawab dan produktif.

Buku ini juga menekankan pentingnya mengembangkan empati sosial dan kepemimpinan etis. Empati sosial memungkinkan seseorang untuk memahami perspektif orang lain, membangun hubungan positif, dan berkontribusi pada masyarakat secara konstruktif. Sementara kepemimpinan etis menciptakan nilai-nilai integritas, tanggung jawab, dan moral dalam diri seseorang. Pendidikan harus mampu mengembangkan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan moral yang tinggi.

Dalam bukunya, Antarina juga mengintegrasikan filosofi Ki Hadjar Dewantara yang masih relevan hingga saat ini, yaitu Niteni (mengamati), Nirokke (meniru), dan Nambahi (mengembangkan). Filosofi ini menggambarkan proses belajar yang dinamis dan berkelanjutan. Pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang pengembangan individu secara holistik, termasuk kreativitas, inovasi, dan berpikir kritis.