Siswi SD di Samarinda Alami Trauma dan Luka Serius Akibat Pengeroyokan Pelajar SMP
Samarinda digegerkan dengan kasus pengeroyokan yang menimpa seorang siswi Sekolah Dasar (SD) oleh sekelompok pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP). Insiden yang terekam video dan viral di media sosial ini terjadi di kawasan Folder Haji Saleh, Kecamatan Loa Janan Ilir, pada Jumat, 2 Mei 2025.
Akibat kejadian tersebut, korban mengalami luka dalam dan trauma mendalam. Saat ini, siswi malang tersebut tengah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Hermina Samarinda. Kondisi fisik dan psikisnya yang belum stabil membuat pihak kepolisian belum dapat meminta keterangan lebih lanjut.
Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kalimantan Timur mengungkapkan bahwa korban harus dirawat inap karena hasil observasi dokter menunjukkan adanya luka di bagian perut, dada, kepala, serta leher. Bahkan, korban sempat mengalami buang air kecil bercampur darah hingga tiga kali.
"Tadi pagi sempat buang air kecil bercampur darah sampai tiga kali. Ini jadi alasan kuat korban harus observasi dan tidak bisa dijamin oleh BPJS, jadi dijamin langsung oleh Bang Adnan Faridhan selaku Anggota DPR Samarinda," ujar Koordinator Lapangan TRC PPA, Wheni Nurdina, pada Sabtu (3/5/2025).
TRC PPA juga menyoroti lokasi kejadian yang dinilai sebagai area rawan dan telah berulang kali terjadi kasus serupa. Mereka mendesak pihak kepolisian untuk memberikan perhatian khusus terhadap kawasan tersebut dan menangani kasus ini dengan serius. TRC PPA juga menyatakan komitmennya untuk mendampingi keluarga korban dalam menempuh jalur hukum hingga tuntas.
Ibu korban, Wati, dengan nada pilu menceritakan kondisi anaknya yang mengalami bengkak di beberapa bagian tubuh dan trauma berat. Ia mengungkapkan bahwa anaknya belum bisa diajak berkomunikasi dengan baik dan fokus utamanya saat ini adalah pemulihan mental serta fisik sang buah hati.
"Perut, dada, kepala, dan lehernya bengkak. Pipisnya keluar darah, dan dua matanya merah. Anak saya belum bisa diajak ngobrol. Saya utamakan dulu pemulihan mental dan fisiknya," tutur Wati lirih.
Wati berharap agar kejadian ini menjadi pelajaran berharga agar tidak ada lagi anak-anak lain yang menjadi korban kekerasan. Ia berharap keadilan dapat ditegakkan atas penderitaan yang dialaminya.
"Saya hancur, dua hari nggak bisa makan. Harapan saya, keadilan bisa ditegakkan. Jangan ada lagi ibu lain yang merasakan luka seperti saya," tutupnya sedih.
Sementara itu, pihak Rumah Sakit Hermina belum memberikan keterangan resmi terkait kondisi medis korban saat dikonfirmasi.