OPEC+ Setujui Peningkatan Produksi Minyak di Tengah Kekhawatiran Ekonomi Global
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, telah mencapai kesepakatan untuk mempercepat peningkatan produksi minyak selama dua bulan mendatang. Keputusan ini diambil di tengah kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global dan penurunan harga minyak.
Dalam pertemuan virtual yang berlangsung lebih dari satu jam, OPEC+ mengumumkan akan meningkatkan produksi minyak sebesar 411.000 barel per hari (bph) pada Juni 2025. Langkah ini diambil meskipun harga minyak dunia mengalami penurunan dan ekspektasi permintaan yang melemah. OPEC+ menyatakan bahwa fundamental pasar minyak tetap sehat dan persediaan berada pada tingkat yang rendah.
Keputusan OPEC+ ini muncul setelah harga minyak dunia sempat menyentuh level terendah dalam empat tahun pada April 2025, di bawah 60 dollar AS per barel. Penurunan harga ini dipicu oleh pengumuman OPEC+ sebelumnya tentang peningkatan produksi yang lebih besar dari perkiraan untuk Mei 2025, serta kekhawatiran tentang dampak tarif yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap ekonomi global.
Sumber dari OPEC+ mengungkapkan bahwa Arab Saudi mendorong OPEC+ untuk mempercepat pencabutan pemangkasan produksi sebelumnya sebagai bentuk sanksi terhadap Irak dan Kazakhstan karena tidak mematuhi kuota produksi minyak yang telah ditetapkan. Selain itu, peningkatan produksi ini juga merupakan respons terhadap seruan dari Trump kepada OPEC+ untuk meningkatkan produksi.
Sebelumnya, pada bulan Desember, delapan negara OPEC+ yang telah menerapkan pemangkasan produksi sebesar 2,2 juta bph sepakat untuk secara bertahap menghapusnya dalam peningkatan bulanan sekitar 138.000 bph mulai April 2025. Dengan peningkatan pada bulan Juni, total kenaikan gabungan untuk April, Mei, dan Juni 2025 menjadi 960.000 bph, yang merupakan pengurangan 44 persen dari pemangkasan 2,2 juta bph.
Reaksi pasar terhadap berita ini cukup beragam. Harga minyak mentah Brent sempat turun lebih dari 1% karena para pedagang bersiap untuk masuknya lebih banyak minyak dari OPEC+ ke pasar. Analis UBS, Giovanni Staunovo, memperkirakan bahwa harga minyak akan terus tertekan karena ketegangan perdagangan dan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi.
Staunovo menekankan bahwa langkah ini merupakan pengurangan pemangkasan yang terkelola, bukan perebutan pangsa pasar. Laporan dari Reuters sebelumnya juga menyebutkan bahwa pejabat Arab Saudi tidak bersedia menopang pasar minyak dengan pemangkasan pasokan lebih lanjut.
Kepatuhan terhadap kuota produksi juga menjadi perhatian utama. Kazakhstan dan Irak terus gagal mencapai target kompensasi mereka, sementara Rusia juga mengalami masalah serupa meskipun pada tingkat yang lebih rendah. Menteri Energi Kazakhstan bahkan menyatakan bahwa ia akan memprioritaskan kepentingan nasional di atas kepentingan OPEC+ dalam memutuskan tingkat produksi minyak.
Pada bulan April 2025, produksi minyak Kazakhstan melampaui kuota OPEC+ meskipun mengalami penurunan sebesar 3 persen. Secara keseluruhan, OPEC+ masih memangkas produksi hampir 5 juta bph, dan sebagian besar pemangkasan ini akan tetap berlaku hingga akhir tahun 2026. OPEC+ dijadwalkan untuk mengadakan pertemuan menteri penuh pada 28 Mei 2025 untuk membahas lebih lanjut kebijakan produksi minyak.
Berikut daftar negara yang ikut tergabung dalam OPEC+:
- Aljazair
- Angola
- Azerbaijan
- Bahrain
- Brunei
- Ekuador
- Guinea Khatulistiwa
- Gabon
- Iran
- Irak
- Kazakhstan
- Kuwait
- Libya
- Malaysia
- Nigeria
- Oman
- Kongo
- Rusia
- Arab Saudi
- Sudan Selatan
- Uni Emirat Arab
- Venezuela