Demi Biaya Sekolah Anak, Porter Stasiun Senen Pilih Kerja Lebaran

Demi Biaya Sekolah Anak, Porter Stasiun Senen Pilih Kerja Lebaran

Di tengah euforia Lebaran yang menyatukan keluarga, Ruhandi (55), seorang porter di Stasiun Senen, Jakarta Pusat, memilih untuk tetap bertugas. Keputusan berat ini diambil bukan tanpa alasan. Idul Fitri tahun ini, Ruhandi mengorbankan kebersamaan dengan istri dan anak di kampung halaman demi tambahan penghasilan untuk membiayai pendidikan anaknya yang akan memasuki Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

"Rasa rindu kepada keluarga tentu ada," ujar Ruhandi saat ditemui di Stasiun Pasar Senen, Sabtu (8/3/2025). "Namun, pendapatan di Stasiun Senen selama Lebaran jauh lebih besar. Kesempatan ini saya manfaatkan untuk mengumpulkan uang tambahan guna membiayai pendidikan anak saya." Ia menjelaskan bahwa penghasilannya sebagai porter sangat fluktuatif, tergantung pada jumlah penumpang dan kedermawanan para pengguna jasanya. "Ada penumpang yang memberi sedikit, ada juga yang memberi lebih banyak. Yang terpenting adalah ikhlas," tambahnya.

Selama 26 tahun mengabdi sebagai porter, Ruhandi telah terbiasa dengan ketidakpastian penghasilan. Ia menceritakan pengalamannya, "Pernah ada hari biasa, saya bersyukur mendapatkan Rp 50.000,-." Namun, semangatnya tak pernah padam. Bahkan di bulan Ramadan, ia tetap menjalankan ibadah puasa meskipun pekerjaannya sangat menguras tenaga. "Puasa adalah kewajiban, meskipun pekerjaan ini melelahkan. Tetap berpuasa adalah bagian dari ibadah saya," tegasnya.

Pantauan di Stasiun Pasar Senen pada pukul 12.20 WIB menunjukkan suasana yang belum terlalu ramai. Beberapa porter, termasuk Ruhandi, tampak menunggu penumpang. Ruhandi memperkirakan puncak keramaian akan terjadi seminggu menjelang atau sesudah Lebaran, saat arus mudik dan balik mencapai puncaknya. Kondisi ini menjadi peluang bagi para porter untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Dedikasi Ruhandi menjadi cerminan perjuangan banyak pekerja informal yang rela mengorbankan waktu bersama keluarga demi memenuhi kebutuhan ekonomi. Kisahnya menyoroti tantangan ekonomi yang dihadapi sebagian masyarakat, di mana pilihan antara kebersamaan keluarga dan penghasilan tambahan kerap menjadi dilema yang sulit dihadapi. Sikap ikhlas dan pantang menyerahnya patut diacungi jempol, menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menghargai kerja keras dan pengorbanan setiap individu dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup dan keluarga.


Kondisi Stasiun Senen: * Suasana stasiun belum terlalu ramai pada pukul 12.20 WIB. * Puncak keramaian diperkirakan seminggu sebelum dan sesudah Lebaran.

Kondisi Ruhandi: * Bekerja sebagai porter selama 26 tahun. * Penghasilan tidak menentu, tergantung jumlah penumpang dan kedermawanan. * Rela tidak pulang kampung demi tambahan penghasilan untuk biaya sekolah anak. * Tetap berpuasa meskipun pekerjaan menguras tenaga.