Eksodus Kader PSI di Buleleng: Gelombang Pengunduran Diri Guncang Partai Solidaritas Indonesia
Puluhan kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Kabupaten Buleleng, Bali, secara serentak menyatakan pengunduran diri, memicu sorotan terhadap dinamika internal partai yang dipimpin oleh Kaesang Pangarep ini. Aksi pengunduran diri massal ini melibatkan sejumlah pengurus dari berbagai tingkatan, mulai dari Dewan Pimpinan Daerah (DPD) hingga Dewan Pimpinan Cabang (DPC) di seluruh wilayah Buleleng.
Komang Subrata Jaya, yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua DPD PSI Kabupaten Buleleng, mengungkapkan bahwa keputusannya untuk mundur didasari oleh keinginan untuk beristirahat. Ia menjelaskan bahwa selama menjabat sebagai pengurus partai, ia telah menginvestasikan banyak waktu, tenaga, pikiran, dan sumber daya finansial. Kini, Subrata Jaya berencana untuk memfokuskan diri pada keluarga, bisnis, dan pekerjaannya.
"Aktivitas politik menyita banyak waktu, pikiran, dan materi. Mencari anggota, melakukan verifikasi, dan memastikan kepengurusan di sembilan kecamatan berjalan solid bukanlah tugas yang ringan. Akibatnya, keluarga, bisnis, dan pekerjaan menjadi terbengkalai," ujarnya.
Subrata Jaya mengungkapkan bahwa surat pengunduran diri dari puluhan kader PSI di Buleleng telah diserahkan sejak tanggal 24 April. Ia mengaku bahwa keinginan untuk mengundurkan diri dari dunia politik sebenarnya sudah ada sejak tahun 2020. Namun, niat tersebut sempat diurungkan setelah Ketua DPW PSI Bali, Nengah Yasa Adi Susanto, dan Ketua DPP PSI saat itu, Isyana Bagoes Oka, memintanya untuk tetap bertahan.
Lebih lanjut, Subrata Jaya mengakui bahwa keputusannya untuk mundur juga dipengaruhi oleh pengunduran diri Nengah Yasa Adi Susanto dari jabatannya sebagai Ketua DPW PSI Bali. Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa dirinya tidak pernah mengajak kader lain untuk mengikuti jejaknya.
Menanggapi situasi ini, Plt Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PSI Bali, I Putu Yoga Adi Saputra, berencana untuk mengadakan pertemuan dengan seluruh pengurus PSI Bali pada pekan mendatang. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas dinamika internal partai setelah pengunduran diri Ketua DPW PSI Bali, I Nengah Yasa Adi Susanto, dan sejumlah pengurus PSI Buleleng.
"Jika tidak ada kendala, saya akan berkunjung ke Bali pada pekan depan," ujar Yoga. Ia menambahkan bahwa pertemuan tersebut akan berlangsung dalam suasana santai dan tidak akan membahas agenda khusus. "Pertemuan ini lebih bersifat silaturahmi," imbuhnya.
Yoga, yang juga merupakan juru bicara DPP PSI, mengungkapkan bahwa dirinya baru saja menerima mandat sebagai Ketua Sementara DPW PSI Bali dari Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep.
Sebelumnya, I Nengah Yasa Adi Susanto telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua DPW PSI Bali. Sekretaris DPW PSI Bali, Cokorda Dwi Satria Wibawa, membenarkan informasi ini. "Pengunduran diri Ketua DPW PSI Bali sudah dilakukan per 1 Januari lalu, namun baru direspons oleh DPP pada bulan April ini," kata Cok Dwi.
Adi Susanto memutuskan untuk mengundurkan diri karena ingin fokus sebagai ketua salah satu yayasan pendidikan. Selain itu, ia juga ingin mengembangkan bisnisnya. "Beliau sudah menjabat selama dua periode di PSI. Mungkin beliau merasa jenuh dan membutuhkan penyegaran," jelas Cok Dwi.
Cok Dwi menegaskan bahwa pengunduran diri Adi Susanto tidak terkait dengan hasil Pilkada 2024. Adi Susanto sebelumnya maju sebagai calon wakil wali kota Denpasar yang berpasangan dengan Gede Ngurah Ambara Putra pada Pilkada 2024. "Pengunduran diri ini sudah dibicarakan sebelumnya dan tidak ada hubungannya dengan hasil Pilkada," tegasnya.
Cok Dwi juga menjelaskan bahwa tidak ada pengurus lain di tingkat DPW yang mengundurkan diri, kecuali Adi Susanto. Menanggapi pengunduran diri kader di Buleleng, Cok Dwi mengatakan bahwa para kader tersebut rata-rata sudah menjabat selama dua periode dan merasa jenuh. Ia memaklumi keputusan mereka.