Jalur Pemandu Disabilitas di Benhil Dibongkar Usai Kritik Viral Pelajar

Aksesibilitas bagi penyandang disabilitas menjadi sorotan setelah viralnya video dua pelajar yang mengkritik jalur pemandu (guiding block) di Taman Danau Dampelas, Bendungan Hilir (Benhil), Jakarta Pusat. Jalur yang seharusnya mempermudah mobilitas tunanetra ini justru dinilai membahayakan karena mengarah langsung ke sungai.

Video yang beredar luas di media sosial memperlihatkan dua siswa berseragam pramuka di Taman Danau Dampelas. Seorang siswa berperan sebagai tunanetra dan mengikuti jalur guiding block, namun jalur tersebut justru mengarahkannya ke tepi sungai, menimbulkan potensi bahaya terjatuh. Para siswa tersebut kemudian menyerukan perbaikan jalur agar lebih aman dan ramah bagi penyandang tunanetra.

Menanggapi kritik tersebut, pemerintah kota Jakarta Pusat segera bertindak. Pantauan di lokasi pada Sabtu (3/5/2025) menunjukkan bahwa jalur guiding block yang dipermasalahkan telah dibongkar. Dua lajur guiding block yang sebelumnya mengarah ke area berbahaya kini telah dihilangkan.

Sebelum pembongkaran, lajur pertama guiding block mengarah lurus ke sebuah pohon di tepi sungai, meskipun terdapat jaring pagar besi sebagai pembatas. Sementara itu, lajur kedua langsung mengarah ke sungai tanpa penghalang berarti. Kondisi ini sangat membahayakan pengguna guiding block, terutama penyandang tunanetra yang mengandalkan jalur tersebut untuk bernavigasi.

Tindakan cepat pemerintah kota dalam menanggapi kritik ini menunjukkan komitmen untuk meningkatkan fasilitas publik yang aman dan inklusif bagi semua warga, termasuk penyandang disabilitas. Pembongkaran jalur guiding block yang bermasalah ini menjadi langkah awal untuk meninjau dan memperbaiki seluruh infrastruktur publik agar sesuai dengan standar aksesibilitas yang berlaku.

Kedepannya, evaluasi menyeluruh terhadap penempatan dan desain guiding block di seluruh wilayah Jakarta Pusat perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa jalur pemandu benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu memberikan kemudahan dan keamanan bagi penyandang tunanetra dalam beraktivitas di ruang publik. Selain itu, pelibatan perwakilan komunitas disabilitas dalam proses perencanaan dan evaluasi infrastruktur publik sangat penting untuk memastikan bahwa kebutuhan dan perspektif mereka dipertimbangkan dengan baik.