Insiden Razia Warung Saat Ramadan di Garut: Satpol PP Bantah Keterlibatan Langsung

Insiden Razia Warung Saat Ramadan di Garut: Satpol PP Bantah Keterlibatan Langsung

Sebuah video yang viral di media sosial menampilkan aksi sekelompok orang yang menggerebek warung makan di Garut, Jawa Barat, selama bulan Ramadan. Aksi tersebut ditandai dengan tindakan-tindakan yang dinilai provokatif, seperti penggebrakan meja dan pelemparan gelas minuman, menimbulkan keresahan dan kecaman publik. Video tersebut memperlihatkan sejumlah individu yang terlihat menegur pengunjung warung yang tengah menikmati kopi, dengan percakapan yang bernada intimidatif dalam bahasa Sunda. Salah satu individu, yang mengenakan peci, terlihat secara langsung mengambil dan membuang isi gelas kopi milik pengunjung.

Dalam video tersebut juga terlihat aksi lain berupa penggebrakan meja dan teriakan keras dari individu lain, yang menuduh pengunjung warung tidak menghormati umat Muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa. Suara pecahan gelas juga terdengar, menandakan adanya aksi pelemparan. Kejadian ini terjadi pada Rabu, 5 Maret 2025, dan telah memicu perdebatan di masyarakat terkait penegakan aturan jam operasional warung makan selama Ramadan dan batas toleransi dalam berinteraksi antar warga.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Garut, Basuki Eko, memberikan klarifikasi terkait insiden tersebut. Ia menjelaskan bahwa kejadian itu terjadi saat personel Satpol PP sedang melakukan sosialisasi Maklumat Ramadan terkait jam operasional warung makan. Namun, ia menegaskan bahwa personel Satpol PP tidak terlibat langsung dalam aksi penggerebekan dan tindakan-tindakan yang terekam dalam video viral tersebut. Menurut Eko, personel Satpol PP baru tiba di lokasi kejadian setelah menerima laporan dan bertujuan untuk melerai keributan yang telah terjadi. Keterlambatan kedatangan personel Satpol PP, menurut Eko, disebabkan oleh perbedaan alat transportasi yang digunakan, dengan personel Satpol PP menggunakan mobil sedangkan kelompok yang melakukan penggerebekan menggunakan sepeda motor.

"Kejadian ini terjadi saat kami melakukan patroli untuk mensosialisasikan Maklumat Ramadan. Kebetulan di jalan kami berpapasan dengan massa, kemudian diikuti oleh anggota," jelas Eko. Ia menambahkan, "Jadi, tidak benar jika anggota kami ikut serta melakukan aksi. Anggota datang ke sana untuk melerai apa yang terjadi. Hanya saja, karena mereka bergerak menggunakan mobil sedangkan massa menggunakan motor, jadi tiba lebih lambat di TKP." Pernyataan Eko ini masih menuai berbagai tanggapan dari masyarakat, dengan sebagian pihak mempertanyakan efektivitas sosialisasi Maklumat Ramadan dan pengawasan terhadap tindakan-tindakan intoleran yang terjadi di lapangan. Pihak kepolisian setempat pun tengah menyelidiki lebih lanjut insiden ini untuk memastikan kronologinya dan menindak tegas para pelaku tindakan anarkis yang terekam dalam video.

Peristiwa ini menimbulkan pertanyaan penting mengenai bagaimana menjaga ketertiban dan toleransi selama bulan Ramadan, serta bagaimana memastikan penegakan aturan dilakukan dengan cara yang humanis dan tidak menimbulkan konflik. Penjelasan dari Satpol PP Garut perlu dikaji lebih lanjut untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam penanganan insiden ini. Proses investigasi yang transparan dan tegas dari pihak berwenang sangat diperlukan untuk mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang.