Inovasi Ekstraksi Nikel Berkelanjutan Berbasis Hidrogen: Peluang Baru bagi Indonesia

Terobosan Baru dalam Ekstraksi Nikel: Metode Hidrogen yang Berkelanjutan

Di tengah upaya global untuk mengurangi emisi karbon dan memerangi perubahan iklim, transisi menuju transportasi listrik menjadi semakin penting. Nikel, sebagai komponen kunci dalam pembuatan baterai kendaraan listrik dan baja tahan karat, memainkan peran vital dalam transisi ini. Namun, metode ekstraksi nikel konvensional seringkali menimbulkan masalah lingkungan yang signifikan.

Para ilmuwan di Max Planck Institute for Sustainable Materials (MPI-SusMat) telah mengembangkan metode baru yang menjanjikan untuk ekstraksi nikel yang lebih ramah lingkungan. Metode ini menggunakan hidrogen sebagai pengganti bahan kimia dan bahan bakar berbasis karbon yang digunakan dalam proses konvensional. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Nature, membuka harapan baru bagi industri nikel yang lebih berkelanjutan.

Ubaid Manzoor, Ph.D., peneliti MPI-SusMat, menekankan pentingnya inovasi ini. Ia menyatakan bahwa jika produksi nikel terus dilakukan dengan cara konvensional, upaya elektrifikasi justru dapat menciptakan masalah lingkungan baru.

Keunggulan Metode Ekstraksi Berbasis Hidrogen

Metode baru ini menawarkan sejumlah keunggulan dibandingkan metode konvensional, antara lain:

  • Pengurangan Emisi Karbon: Metode ini dapat mengurangi emisi karbon hingga 84% dibandingkan dengan proses konvensional, yang menghasilkan sekitar 20 ton karbon dioksida per ton nikel.
  • Hemat Energi: Proses ekstraksi berbasis hidrogen ini juga lebih hemat energi, dengan potensi penghematan hingga 18%.
  • Kualitas Produk Tinggi: Metode ini menghasilkan paduan feronikel berkualitas tinggi dengan kadar kotoran yang sangat minim, sehingga tidak memerlukan proses pemurnian lebih lanjut.
  • Pemanfaatan Bijih Nikel Berkualitas Rendah: Metode ini memungkinkan pemanfaatan berbagai jenis bijih nikel, termasuk yang selama ini dianggap kurang berkualitas. Hal ini sangat relevan bagi Indonesia, yang memiliki cadangan nikel laterit yang melimpah, meskipun sebagian besar berkualitas rendah.
  • Pemanfaatan Limbah: Limbah sisa proses ekstraksi (slag) dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bata atau semen.

Potensi Penerapan di Indonesia

Inovasi ini membuka peluang baru bagi Indonesia, sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Dengan metode ekstraksi berbasis hidrogen, Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah bijih nikel laterit berkualitas rendah dan mengurangi dampak lingkungan dari industri nikel.

Tim MPI-SusMat saat ini sedang mempersiapkan scale-up metode ini ke level industri. Tantangan utama adalah memastikan kontak yang optimal antara logam cair yang belum bereaksi dengan permukaan reaksi. Namun, solusi teknis untuk mengatasi tantangan ini sudah tersedia, seperti penggunaan busur listrik berarus tinggi, pengaduk elektromagnetik, dan injeksi gas.

Lebih lanjut, nikel yang dihasilkan dari proses ini dapat langsung digunakan untuk pembuatan baja tahan karat atau dimurnikan lebih lanjut untuk material baterai kendaraan listrik. Selain nikel, teknik ini juga berpotensi diterapkan untuk ekstraksi kobalt, bahan penting lainnya dalam pembuatan baterai kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi masa depan.

Dengan potensi manfaatnya yang besar, metode ekstraksi nikel berbasis hidrogen ini layak untuk dijajaki dan diimplementasikan di Indonesia. Investasi dalam teknologi ini dapat membantu Indonesia untuk mengembangkan industri nikel yang lebih berkelanjutan dan berkontribusi pada upaya global dalam mengurangi emisi karbon.