Serial 'Bidaah': Fenomena Kontras antara Sambutan Hangat di Indonesia dan Kontroversi di Malaysia

Perbedaan Respon Publik terhadap Serial 'Bidaah'

Serial drama 'Bidaah', yang ditulis oleh Erma Fatima, menunjukkan fenomena menarik terkait perbedaan penerimaan antara penonton di Indonesia dan Malaysia. Menurut Erma Fatima, respon di Indonesia jauh lebih antusias dan positif dibandingkan di negara asalnya.

"Di Malaysia, 'Bidaah' tidak se-viral di Indonesia. Perbedaan utama terletak pada bagaimana penonton Indonesia mencintai karakter Walid dalam serial tersebut. Di Malaysia, karakter Walid justru sulit diterima. Selain itu, fenomena parodi yang marak di Indonesia juga tidak terjadi di Malaysia. Di sana, serial ini lebih menyoroti permasalahan dan kontroversi yang melibatkan ulama," ungkap Erma Fatima.

Erma menambahkan bahwa serial ini di Malaysia dianggap menjatuhkan ulama, sehingga karakter Walid tidak diapresiasi seperti di Indonesia. Hal ini menunjukkan perbedaan persepsi yang signifikan antara kedua negara.

Keheranan dan Apresiasi atas Respon di Indonesia

Erma Fatima mengaku terkejut dengan sambutan luar biasa yang diterima 'Bidaah' di Indonesia. Ia merasa bahwa kesuksesan ini merupakan kehendak Tuhan dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

"Saya agak syok melihat fenomena di Indonesia. Ternyata, meskipun kita serumpun, kita memiliki persepsi yang berbeda. Justru parodi-parodi yang dibuat oleh anak-anak di Indonesia menjadi salah satu faktor utama yang membuat serial ini semakin populer," jelas Erma Fatima.

Kesuksesan 'Bidaah' dan Dampaknya

Sejak penayangannya, 'Bidaah' telah mencetak rekor jumlah penonton. Viu Malaysia melaporkan bahwa serial ini telah ditonton lebih dari 2,5 miliar kali pada 6 April 2025. Angka ini meningkat pesat setelah tiga episode terakhir dirilis pada 5 April.

Drama ini berhasil menduduki peringkat pertama di Viu Malaysia dan Indonesia. Bagi Erma Fatima, 'Bidaah' bukan sekadar drama yang viral. Ia percaya bahwa cerita yang kuat dapat menjadi alat untuk menyadarkan masyarakat.

"Saya ingin melakukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat," tegasnya. 'Bidaah' menjadi bukti bahwa sebuah karya seni dapat memicu diskusi, refleksi, dan bahkan perubahan sosial, meskipun dengan cara yang berbeda di setiap negara.