Program Insentif Kehamilan di Rusia Menuai Kritik: Berpotensi Dorong Kehamilan Remaja?

Program Insentif Kehamilan di Rusia Menuai Kritik

Sebuah program baru di Rusia yang menawarkan insentif finansial kepada perempuan hamil, termasuk mahasiswi dan siswi sekolah, telah memicu perdebatan sengit. Program ini bertujuan untuk meningkatkan angka kelahiran yang terus menurun di negara tersebut. Namun, para kritikus khawatir bahwa skema ini justru dapat mendorong kehamilan di kalangan remaja.

Sejak Januari, sebanyak 27 wilayah di Rusia telah menerapkan program insentif ini. Mahasiswi hamil di bawah usia 25 tahun berhak menerima dana hibah satu kali, yang bervariasi di setiap wilayah, namun umumnya berkisar 100.000 rubel (sekitar Rp20 juta). Kementerian Tenaga Kerja Rusia juga memperluas program ini pada Februari, mencakup siswi hamil sebagai bagian dari upaya regional untuk meningkatkan angka kelahiran. Di wilayah Oryol, Bryansk, dan Kemerovo, program ini bahkan diperluas hingga mencakup remaja berusia 18 tahun ke bawah, tanpa batasan usia minimum.

Ksenia Goryacheva, seorang anggota parlemen Rusia yang loyal kepada pemerintahan Presiden Vladimir Putin, mengkritik keras kebijakan ini. Ia berpendapat bahwa kehamilan di usia muda bukanlah sebuah prestasi, melainkan sebuah tragedi, dan mengecam upaya untuk memperbaiki statistik demografi dengan mengorbankan kepolosan anak-anak. Di sisi lain, Nina Ostanina, anggota parlemen lainnya yang dikenal sebagai pembela hak-hak keluarga, berpendapat bahwa insentif ini seharusnya dipandang sebagai upaya untuk mencegah kehamilan dini yang bertentangan dengan nilai-nilai tradisional.

Gubernur Oryol, Andrey Klychkov, membela program ini sebagai "dukungan terukur" bagi mereka yang menghadapi situasi sulit dan telah disetujui di tingkat federal. Ia menolak anggapan bahwa program ini adalah berita yang meragukan untuk tajuk utama yang dramatis.

Rusia mencatatkan jumlah kelahiran terendah dalam 25 tahun terakhir, dengan hanya 1,2 juta jiwa pada tahun lalu. Kremlin menggambarkan angka kelahiran ini sebagai "sangat rendah" dan "bencana bagi masa depan bangsa". Badan statistik Rusia, Rosstat, memperkirakan bahwa populasi negara itu dapat menyusut menjadi 139 juta pada tahun 2046, dari 146 juta pada awal 2023.

Presiden Putin telah berulang kali menyoroti masalah demografi dalam pidatonya, dan menyebut peningkatan angka kelahiran dan dukungan bagi keluarga besar sebagai "tujuan nasional prioritas". Seruan untuk memulai keluarga di usia yang lebih muda juga semakin meningkat. Seorang profesor dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia bahkan menyarankan agar pengalaman seksual pertama gadis Rusia, yang menurutnya terjadi pada usia 16 tahun, sebaiknya "berakhir dengan kehamilan dan persalinan yang sukses".

Sejauh ini, hanya sejumlah kecil perempuan yang telah menerima insentif tersebut. BBC mencatat bahwa 66 siswi hamil telah menerima pembayaran antara 20.000 rubel (sekitar Rp4 juta) dan 150.000 rubel (sekitar Rp30 juta) di berbagai wilayah Rusia sejak Januari. Menteri Tenaga Kerja Anton Kotyakov menegaskan bahwa pembayaran ini bukan untuk mendorong kelahiran dini, melainkan untuk mendukung ibu-ibu muda dalam situasi sulit. Pembayaran ini merupakan tambahan dari program yang sudah ada, termasuk "modal bersalin" yang diberikan untuk anak pertama dan kedua.

Penurunan angka kelahiran dan tren perempuan yang memulai keluarga di usia yang lebih tua merupakan fenomena global, terutama di negara-negara maju. Namun, di Rusia, penurunan angka kelahiran sangat terasa selama masa transisi pasca-Soviet pada tahun 1990-an. Tingkat kesuburan Rusia saat ini berada di sekitar 1,4 anak per perempuan, di atas Italia tetapi di bawah Prancis.

Para ahli berpendapat bahwa upaya pemerintah untuk mengubah tren demografi jarang berhasil dalam jangka panjang. Demografer independen Rusia, Alexey Raksha, mengatakan bahwa insentif finansial mungkin memberikan dampak sementara, tetapi tidak akan menyelesaikan masalah mendasar. John Ermisch, seorang profesor emeritus demografi keluarga di Universitas Oxford, berpendapat bahwa keamanan finansial yang lebih luas memainkan peran penting dalam keputusan untuk memiliki anak.