Lawar Bali: Cita Rasa Otentik yang Tak Lekang oleh Waktu

Bali, pulau dewata yang kaya akan budaya dan tradisi, juga menyimpan khazanah kuliner yang memikat. Salah satu hidangan tradisional yang tak lekang oleh waktu adalah lawar. Makanan ini bukan sekadar campuran sayuran dan daging, melainkan sebuah perpaduan rasa dan aroma yang unik, berkat penggunaan bumbu basa genep khas Bali.

Lawar menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bali. Keberadaannya mudah dijumpai di berbagai penjuru pulau, mulai dari warung sederhana hingga restoran mewah. Di Denpasar, geliat modernisasi dengan kehadiran coffee shop tak mampu menggeser popularitas rumah makan yang menyajikan lawar. Warung Men Yuda, Warung Setia Budi, Warung Men Repot, dan Warung Lawar Negro adalah beberapa contoh tempat makan yang selalu ramai dikunjungi pembeli.

Antrean panjang menjadi pemandangan lazim di warung-warung lawar tersebut. Pembeli rela menunggu demi menikmati hidangan yang kaya akan cita rasa ini. Bahkan, tak jarang pembeli harus gigit jari karena kehabisan. Menurut I Gusti Mahayanti, seorang pelanggan setia lawar, hidangan ini memiliki cita rasa yang khas dan tidak ditemukan pada jenis makanan lain. Ia mengaku selalu menyempatkan diri untuk menikmati lawar, setidaknya sekali dalam seminggu.

Harga satu porsi lawar ayam Bali berkisar antara Rp 15.000 hingga Rp 25.000. Pembeli dapat memesan tambahan sesuai selera, dengan harga yang menyesuaikan. Kelezatan lawar semakin sempurna dengan tambahan sambal embe, sambal bawang khas Bali yang pedas dan aromatik. Tekstur lawar yang merupakan perpaduan sayur dan daging yang dicampur dengan bumbu khas Bali juga menambah kenikmatan dari makanan ini.

Lawar juga memiliki peran penting dalam perayaan Hari Suci Galungan dan Kuningan bagi umat Hindu Bali. Hidangan ini menjadi menu utama yang disajikan saat keluarga berkumpul dan memasak bersama. Lebih dari sekadar hidangan, lawar juga digunakan sebagai persembahan dalam upacara adat. I Made Sudiarta, seorang warga Denpasar, selalu membuat lawar ayam bersama keluarganya setiap Hari Raya besar. Baginya, momen ini adalah tradisi yang tak boleh dilewatkan.

Keberadaan lawar diyakini akan terus lestari di Bali. Selain karena cita rasanya yang unik, lawar juga memiliki nilai budaya dan spiritual yang mendalam. Hidangan ini bukan hanya sekadar makanan, melainkan juga simbol kebersamaan, gotong royong, dan identitas masyarakat Bali.