Fenomena #KaburAjaDulu: Tantangan dan Peluang bagi Pengembangan SDM Indonesia

Fenomena #KaburAjaDulu: Tantangan dan Peluang bagi Pengembangan SDM Indonesia

Gelombang keinginan generasi muda Indonesia untuk bekerja atau melanjutkan studi di luar negeri, yang populer di media sosial dengan tagar #KaburAjaDulu, telah memicu perdebatan nasional. Fenomena ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan cerminan dari berbagai tantangan yang dihadapi sektor pendidikan dan ketenagakerjaan di Indonesia. Survei YouGov Indonesia pada Februari 2025 menunjukkan bahwa 41 persen Generasi Z mempertimbangkan untuk pindah ke luar negeri dalam beberapa tahun mendatang, angka yang signifikan dan diikuti oleh kelompok usia lain, meskipun dengan persentase yang lebih rendah. Alasan di balik keinginan ini beragam, mulai dari tingginya biaya pendidikan, minimnya lapangan kerja berkualitas, upah yang rendah, hingga ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah dan kondisi sosial ekonomi di Tanah Air.

Data survei lebih lanjut mengungkap perbedaan preferensi antara mahasiswa/akademisi dan profesional muda. Sebanyak 51 persen mahasiswa dan akademisi ingin pindah untuk melanjutkan studi di luar negeri, sementara 39 persen profesional muda tertarik untuk memulai bisnis atau membangun karier global. Temuan ini menegaskan bahwa faktor ekonomi dan peluang karier yang lebih luas menjadi pendorong utama bagi keinginan untuk meninggalkan Indonesia. Menanggapi fenomena ini, Menteri Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Menristek) Brian Yuliarto menekankan pentingnya mendengarkan aspirasi masyarakat sebagai masukan berharga bagi pemerintah. Beliau mengakui perlunya perbaikan iklim kerja dan atmosfer yang lebih kondusif bagi pengembangan karier di dalam negeri. Pengalaman pribadi beliau sebagai peneliti di Jepang dan profesor tamu di Universitas Tsukuba, Jepang, turut memberikan perspektif yang kaya dalam memahami isu ini. Menurut Menristek, peningkatan pembangunan industri di Indonesia dapat menjadi kunci untuk memotivasi generasi muda agar tetap berkarya di dalam negeri, beralih dari status konsumen menjadi produsen.

Wakil Menteri (Wamen) Ristek, Stella Christie, menawarkan perspektif yang lebih luas dengan menekankan konsep brain circulation sebagai konsekuensi dari brain drain. Brain drain, yaitu perpindahan permanen tenaga kerja terampil ke luar negeri, meski menimbulkan kekhawatiran, menurut penelitian Shin dan Moon dari Stanford University, dapat memberikan manfaat jangka panjang. Contohnya, peningkatan reputasi tenaga kerja Indonesia di luar negeri dan potensi kolaborasi internasional. Wamen Christie mencontohkan kesuksesan Satya Nadella (CEO Microsoft) yang memberikan banyak kesempatan kerja kepada warga India, serta tingginya proporsi pekerja non-native English speaker di Silicon Valley sebagai bukti positif dari brain circulation. Beliau juga menambahkan bahwa brain circulation dapat meningkatkan kualitas sains dan teknologi di Indonesia melalui kolaborasi dengan diaspora Indonesia yang bekerja di luar negeri, serta berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Kemendikbudristek telah merencanakan beberapa langkah strategis untuk mengatasi tantangan ini. Salah satunya adalah program beasiswa bagi dosen untuk melanjutkan studi S3 di luar negeri, yang bertujuan meningkatkan kualitas SDM dosen dan mahasiswa, sekaligus mendukung perkembangan industri berbasis riset prioritas nasional. Selain itu, Kemendikbudristek juga berencana untuk mengembangkan skema khusus yang melibatkan diaspora Indonesia untuk mendukung pengembangan pendidikan dan riset di Tanah Air. Program ini diharapkan dapat memfasilitasi kembalinya para ahli Indonesia ke Tanah Air serta menciptakan sinergi yang produktif antara talenta Indonesia di dalam dan luar negeri. Upaya ini menandai langkah penting pemerintah untuk tidak hanya mengatasi masalah brain drain, tetapi juga untuk memanfaatkan brain circulation demi kemajuan Indonesia.

Kesimpulannya, fenomena #KaburAjaDulu merupakan tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia. Tantangannya terletak pada perbaikan sistem pendidikan, peningkatan lapangan kerja berkualitas, dan peningkatan daya saing ekonomi nasional. Peluangnya terletak pada potensi brain circulation, yang dapat meningkatkan kualitas SDM dan perekonomian Indonesia melalui kolaborasi dengan diaspora Indonesia di luar negeri. Pemerintah perlu terus berupaya menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan SDM, sehingga talenta-talenta terbaik Indonesia dapat berkontribusi untuk kemajuan bangsa baik di dalam maupun di luar negeri.