Krisis Bahan Baku Ancam Perajin Kolang-kaling Ciamis

Krisis Bahan Baku Ancam Perajin Kolang-kaling Ciamis

Ade Suryaman, perajin kolang-kaling kawakan di Lingkungan Ciluncat, Kelurahan Linggasari, Kabupaten Ciamis, tengah menghadapi tantangan serius dalam keberlangsungan usahanya. Pria berusia 53 tahun ini, yang telah puluhan tahun menekuni bisnis pengolahan kolang-kaling, kini dilanda kekhawatiran akibat kelangkaan bahan baku utama: buah aren. Meskipun permintaan kolang-kaling tetap tinggi, bahkan mencapai harga Rp8.000 hingga Rp9.000 per kilogram selama Ramadan tahun 2025, Ade kesulitan memenuhi lonjakan pesanan tersebut.

Produksi kolang-kaling Ade yang biasanya mencapai 50 kilogram per hari, kini anjlok drastis menjadi hanya 25 kilogram. Hal ini diakibatkan semakin terbatasnya ketersediaan buah aren. Stok pohon aren yang dimilikinya hanya tersisa empat pohon, yang diperkirakan hanya cukup untuk memenuhi produksi hingga pertengahan Ramadan. "Tahun lalu produksi kolang-kaling saya 50 kilogram sehari bahkan bisa lebih, karena dulu bahan baku masih banyak," ungkap Ade saat ditemui di tempat produksinya pada Jumat (7/3/2025). Ia pun terpaksa harus mencari sumber buah aren di daerah lain, seperti Panawangan, untuk mempertahankan bisnisnya.

Penyebab utama kelangkaan buah aren, menurut Ade, adalah penebangan pohon aren yang tidak produktif secara masif. Sementara itu, upaya budidaya pohon aren menghadapi kendala tersendiri, membutuhkan waktu yang lama dan ketergantungan pada faktor alam. "Setiap tahun kan terus berkurang, sedangkan budi dayanya sulit. Kalau pohon aren membutuhkan hewan careuh (musang) untuk tumbuh," jelasnya. Kurangnya kesadaran untuk melakukan penanaman pohon aren secara terencana menjadi faktor yang memperparah krisis ini.

Lebih dari sekadar penghasilan, usaha pengolahan kolang-kaling ini telah menjadi sumber mata pencaharian Ade dan turut memberdayakan sejumlah ibu-ibu di lingkungannya. Mereka dilibatkan dalam proses pengupasan kulit kolang-kaling. Selain kolang-kaling, Ade juga mengolah nira aren menjadi gula aren, menunjukkan betapa pentingnya pohon aren bagi perekonomian lokal.

Krisis ini menyoroti urgensi upaya pelestarian dan pengembangan budidaya pohon aren di Ciamis. Pohon aren bukan hanya sekadar sumber bahan baku kolang-kaling dan gula aren, tetapi juga memiliki nilai ekologis penting sebagai penyimpan cadangan air. Ke depan, dibutuhkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha untuk memastikan kelestarian pohon aren dan keberlangsungan usaha perajin seperti Ade Suryaman.

Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:

  • Kelangkaan buah aren: Menjadi kendala utama bagi perajin kolang-kaling.
  • Penebangan pohon aren: Menjadi faktor utama penyebab kelangkaan.
  • Kesulitan budidaya: Membutuhkan waktu yang lama dan faktor alam.
  • Dampak ekonomi: Mengancam mata pencaharian perajin dan masyarakat sekitar.
  • Pentingnya pelestarian: Pohon aren memiliki nilai ekonomi dan ekologis yang tinggi.