MET Gala 2025: Perayaan Mode dan Identitas di Tengah Pusaran Kontroversi
MET Gala, sebuah perhelatan akbar yang kerap disebut sebagai "Oscar Pantai Timur", kembali hadir sebagai ajang pengumpulan dana untuk Costume Institute di Metropolitan Museum of Art (The Met). Edisi 2025 menjanjikan perpaduan antara kemewahan dan pernyataan sikap di tengah dinamika sosial dan politik yang kompleks.
Tema "Superfine: Tailoring Black Style" menjadi sorotan utama. Pameran ini merayakan pengaruh dandyisme kulit hitam, sebuah gaya yang telah lama menjadi simbol perlawanan dan ekspresi diri bagi komunitas kulit hitam. Terinspirasi dari buku 'Slaves to Fashion' karya Monica L. Miller, tema ini akan dieksplorasi melalui karya-karya desainer kulit berwarna, menandai pertama kalinya sejak 2003 sebuah pameran didedikasikan sepenuhnya untuk bakat dan visi kreatif mereka.
Perlawanan Melalui Mode
MET Gala 2025 bukan sekadar pesta glamor. Ia menjelma menjadi wadah perlawanan terhadap berbagai tantangan yang dihadapi program keberagaman di Amerika Serikat. Kurator Monica L. Miller dan Andrew Bolton berupaya menyeimbangkan koleksi museum dengan memberikan ruang bagi karya desainer kulit hitam. Penataan pameran digarap oleh Torkwase Dyson, dengan maneken hasil kreasi Tanda Francis, yang dikenal dengan patung kepala dan topeng Afrika monumentalnya. Tyler Mitchell, fotografer kulit hitam pertama yang mengabadikan sampul Vogue, menyumbangkan esai visual untuk katalog pameran.
Jajaran Co-Chair dan Host Committee
LeBron James, bintang basket ternama, didapuk sebagai honorary co-chair. Ia bergabung dengan nama-nama besar lainnya seperti Pharrell Williams, seorang produser musik sekaligus desainer busana pria untuk Louis Vuitton; ASAP Rocky, seorang rapper dan ikon gaya; Lewis Hamilton, pembalap F1; dan aktor Colman Domingo. Anna Wintour, sosok sentral di balik MET Gala sejak 1999, tetap memegang kendali atas acara ini.
Gala tahun ini juga menghadirkan host committee yang mewakili keunggulan kaum kulit hitam di berbagai bidang. Daftar ini mencakup atlet Simone Biles, penulis Chimamanda Ngozi Adichie, penyanyi Usher, dan Tyla.
Harga Tiket dan Eksklusivitas
Untuk dapat menghadiri MET Gala, setiap individu harus merogoh kocek sebesar US$ 75.000 (sekitar Rp 1,2 miliar). Satu meja untuk 10 orang dihargai US$ 350.000 (sekitar Rp 5,7 miliar). Seluruh hasil penjualan tiket akan digunakan untuk mendanai Costume Institute. Meskipun demikian, memiliki uang saja tidak cukup. Anna Wintour dan Vogue memegang kendali penuh atas daftar tamu, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti popularitas, pencapaian, dan penampilan. Hanya sekitar 400 tamu yang dipilih, dan bahkan merek yang membeli meja harus mendapatkan persetujuan dari Vogue untuk menentukan siapa yang akan duduk di sana.
Gaya Busana: "Tailored for You"
Tema busana tahun ini, "Tailored for You," memberikan kebebasan bagi para tamu untuk berekspresi, namun tetap berpegang pada personalisasi dan siluet tajam yang menjadi ciri khas dandyisme kulit hitam. Dengan Louis Vuitton sebagai sponsor utama dan Pharrell Williams sebagai perancangnya, banyak tamu diperkirakan akan mengenakan busana dari rumah mode Prancis tersebut. Tren tahun ini cenderung mengarah pada busana yang ramping dan maskulin, sebagai penyeimbang dari tren kostum teatrikal yang mendominasi beberapa tahun terakhir.
Tamu yang Diharapkan Hadir
Selain para co-chair, nama-nama seperti Rihanna, Paige Bueckers, Lizzo, Mary J. Blige, dan LaQuan Smith diperkirakan akan hadir. Kemungkinan kehadiran Beyoncé juga menjadi perbincangan hangat. Diva-diva lainnya seperti Madonna dan Diana Ross dikabarkan telah mengonfirmasi kehadiran mereka.
Kontroversi yang Membayangi
Di tengah persiapan acara, MET Gala dibayangi oleh sejumlah kontroversi. Ketidakhadiran Sean Combs (P. Diddy), yang saat ini mendekam di penjara karena kasus kekerasan seksual, menjadi catatan penting. Sebelumnya, Combs dikenal sebagai ikon gaya dandyisme kulit hitam dan sempat menampilkan koleksi "Sean John couture" di MET Gala 2023.
Selain itu, seruan untuk memboikot MET Gala juga muncul. John Jack Schlossberg, cucu dari mantan presiden John F. Kennedy, mengajak pengikutnya untuk memboikot acara tersebut, dengan alasan bahwa acara tersebut tidak relevan dengan situasi dunia yang sedang bergejolak.