Banjir Pekanbaru: Warga Terpaksa Mandi dan Mencuci di Genangan Air Kotor

Banjir Pekanbaru: Warga Terpaksa Mandi dan Mencuci di Genangan Air Kotor

Bencana banjir yang melanda RW 12, Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Riau, memasuki hari keempat pada Sabtu (8/3/2025) telah memaksa ratusan warga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, termasuk mandi dan mencuci, di tengah genangan air banjir yang kotor. Kondisi ini terungkap dari pantauan langsung di lokasi yang menunjukkan warga mandi di genangan air berjarak sekitar 50 meter dari posko pengungsian di pinggir Jalan Yos Sudarso. Air yang digunakan untuk mandi dan mencuci tersebut jauh dari kata bersih, dipenuhi sampah, dan terkontaminasi limbah domestik.

Meskipun kondisi air sangat memprihatinkan, beberapa warga menyatakan air tersebut masih dapat digunakan. "Bersih kok airnya," ujar Siros (65), seorang warga yang mandi di lokasi banjir bersama dua cucunya. Namun, pernyataan ini bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan, di mana genangan air tersebut terlihat jelas tercemar. Kondisi ini diperparah dengan kesulitan mendapatkan akses air bersih di tengah genangan air yang merendam rumah-rumah warga hingga setinggi lebih dari satu meter. Etmawati (41), salah satu warga, mengungkapkan terpaksa mandi di lokasi banjir karena rumahnya terendam hingga sepinggang, dan lemari pakaiannya terendam air. Ia mengaku sudah dua hari tidak mandi dan hanya sekali mengganti pakaian. "Pakaian saya 2 lemari basah semua. Air di dalam rumah saya, sepinggang. Jadi kalau mandi dan mencuci ya di sini (lokasi banjir)," ujarnya.

Kondisi serupa dialami oleh Marisa (55). Ia juga mengaku terpaksa mandi di genangan air banjir selama dua hari karena keterbatasan akses air bersih dan fasilitas MCK. Keterbatasan akses terhadap fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) menjadi keluhan utama warga yang terdampak banjir. Etmawati menjelaskan, "Kalau makan sama minum, sampai saat ini masih cukup. Tapi, yang kami butuhkan sekarang tempat mandi, mencuci, dan buang air. Kami kemarin mandi di masjid, tapi antre. Makanya kami mandi di banjir ini lagi." Ia dan ratusan warga lainnya di RW 12 yang berjumlah 350 kepala keluarga (KK) berharap adanya perhatian serius dari pemerintah untuk menyediakan fasilitas MCK sementara. Saat ini, warga mengungsi di berbagai tempat, mulai dari tenda pengungsian pemerintah, rumah keluarga, hingga ruko kosong.

Marisa menambahkan bahwa ketinggian air saat ini sudah turun sekitar 5 sentimeter. Namun, permasalahan akses air bersih dan MCK tetap menjadi tantangan utama bagi warga yang terdampak banjir ini. Banjir yang disebabkan luapan Sungai Siak telah merendam ribuan rumah dan berdampak pada sekitar 17.000 jiwa di Kecamatan Rumbai. Meskipun pemerintah telah mendirikan posko tanggap darurat, tenda pengungsian, dan mendistribusikan bantuan makanan dan pakaian, penyediaan fasilitas MCK yang memadai masih menjadi perhatian utama yang harus segera ditangani untuk mencegah penyebaran penyakit dan memastikan kesehatan warga terdampak.

Berikut poin-poin penting permasalahan yang dihadapi warga:

  • Kekurangan akses air bersih.
  • Tidak tersedianya fasilitas MCK yang memadai.
  • Genangan air banjir yang tercemar dan tidak layak untuk mandi dan mencuci.
  • Rumah warga terendam hingga ketinggian lebih dari satu meter.
  • Perlunya bantuan pemerintah untuk penyediaan fasilitas MCK sementara.

Pemerintah Kota Pekanbaru perlu segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi permasalahan ini, termasuk menyediakan fasilitas MCK sementara yang layak bagi warga terdampak dan memastikan distribusi air bersih secara memadai.