Polisi di NTT Korbankan Segalanya untuk Ratusan Anak Terlantar, Diusulkan Raih Penghargaan Nasional
Di sebuah sudut Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, seorang abdi negara bernama Ipda Yunus Labba menjalankan tugas kemanusiaan yang luar biasa. Sebagai Kapolsek Amarasi Timur, ia mendedikasikan hidupnya untuk merawat dan membina anak-anak terlantar. Sejak tahun 2007, hatinya tergerak untuk menampung anak-anak yang membutuhkan uluran tangan, hingga akhirnya ia mendirikan sebuah panti asuhan yang menjadi rumah bagi mereka.
Pengabdian Ipda Yunus ini mengundang decak kagum dan menempatkannya sebagai salah satu kandidat kuat penerima Hoegeng Awards 2025. Pendeta Johny Kilapong, seorang tokoh agama di Kupang, menggambarkan Ipda Yunus sebagai sosok polisi yang tulus melayani masyarakat tanpa pamrih. "Hatinya memang terpanggil untuk menolong sesama, dan ia melihat begitu banyak anak yang membutuhkan pertolongan. Apa yang dilakukannya jauh melampaui kemampuannya," ujar Pendeta Johny.
Kisah perjuangan Ipda Yunus sangat menyentuh hati. Demi memenuhi kebutuhan anak-anak asuhnya, ia rela menggadaikan Surat Keputusan (SK) pengangkatannya sebagai polisi. Sebuah pengorbanan yang tak ternilai harganya. Dukungan penuh dari sang istri menjadi pendorong utama bagi Ipda Yunus untuk terus melanjutkan misi mulianya.
"Dia gadaikan SK-nya demi memberi makan anak-anak itu," ungkap Pendeta Johny, menggambarkan betapa besar pengorbanan Ipda Yunus.
Awal Mula Pengabdian
Dalam sebuah wawancara, Ipda Yunus menceritakan awal mula perjalanannya merawat anak-anak terlantar. Pada tahun 2007, ia memulai dengan menampung tujuh orang anak. Lambat laun, jumlah mereka terus bertambah hingga mencapai 22 orang pada tahun 2014. Peningkatan jumlah anak yang diasuhnya menuntut Ipda Yunus untuk bekerja lebih keras. Ia mencari pekerjaan tambahan di luar jam dinas sebagai polisi untuk mencukupi kebutuhan pendidikan dan kehidupan anak-anak tersebut.
"Saya berusaha mencari pekerjaan tambahan untuk menambah penghasilan dapur dan biaya pendidikan, namun tetap saja kesulitan karena jumlah mereka sudah belasan," tutur Ipda Yunus.
Pada tahun 2015, Ipda Yunus berkonsultasi dengan seorang teman mengenai cara terbaik untuk menangani anak-anak terlantar yang diasuhnya. Ia mendapat saran untuk mendirikan sebuah panti asuhan. "Akhirnya saya mengajukan permohonan ke notaris dan keluarlah SK Kementerian Hukum dan HAM untuk mendirikan yayasan yang bergerak di bidang sosial, yaitu panti asuhan," jelas Ipda Yunus.
Rencana tersebut akhirnya terwujud pada tahun 2017 dengan berdirinya sebuah panti asuhan yang menampung sekitar 35 anak. Seiring berjalannya waktu, jumlah anak yang dirawat terus bertambah, terutama saat pandemi COVID-19 dan bencana Seroja melanda NTT. "Pada Desember 2022, jumlah anak yang kami asuh sudah mencapai 119 orang," kata Ipda Yunus.
Dari ratusan anak-anak tersebut, sekitar 30 orang di antaranya mendapatkan bantuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Beberapa di antaranya kuliah di Jakarta, sementara yang lain melanjutkan pendidikan S1 di Kupang. "Enam orang sudah wisuda dan ada yang sudah bekerja sebagai guru," ungkap Ipda Yunus.
Pengorbanan Finansial yang Luar Biasa
Untuk memenuhi kebutuhan anak-anak asuhnya, Ipda Yunus tidak hanya mengandalkan gaji sebagai anggota Polri. Ia rela bekerja di berbagai tempat, bahkan sempat bekerja di tiga tempat berbeda tanpa mengabaikan tugasnya sebagai polisi. Ia mengatur waktu sedemikian rupa agar tidak mengganggu pekerjaannya di kepolisian.
"Saya bekerja di luar dinas kepolisian dengan sistem kontrol. Kadang saya memantau lewat telepon, kadang saya datang langsung saat libur untuk memberikan arahan," jelas Ipda Yunus.
Selain itu, ia juga mengandalkan pinjaman dari bank untuk membangun panti asuhan. Ia telah beberapa kali meminjam uang hingga total biaya yang digunakan untuk membangun panti mencapai hampir Rp 2 miliar. "Saya meminjam uang karena saya tidak punya uang pribadi. Setelah pinjaman lunas dalam waktu 2-3 tahun, saya meminjam lagi," kata Ipda Yunus.
Pada tahun 2024, ia kembali mengajukan pinjaman sebesar Rp 500 juta dengan tenor hingga tahun 2039. Seluruh dana tersebut ia gunakan sepenuhnya untuk pembangunan panti asuhan dan fasilitas bagi anak-anak.
Atas dedikasinya yang luar biasa, Ipda Yunus mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, termasuk pimpinan Polri. Pada tahun 2020, ia menerima penghargaan pin emas dari Kapolri Jenderal Idham Azis. Ia juga mendapatkan penghargaan dari Setyo Budiyanto, yang saat itu menjabat sebagai Kapolda NTT. Setyo Budiyanto bahkan memberikan bantuan langsung untuk pembangunan asrama panti asuhan.