Hipertensi Resisten: Ketika Tekanan Darah Tinggi Tak Terkendali Meski dengan Obat

Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, adalah kondisi umum yang dikenal banyak orang. Namun, tahukah Anda tentang hipertensi resisten? Kondisi ini berbeda dari hipertensi biasa karena sulit dikendalikan, bahkan dengan konsumsi berbagai jenis obat.

Hipertensi resisten didefinisikan sebagai kondisi di mana tekanan darah tetap tinggi, yaitu di atas 140/90 mmHg, meskipun pasien telah mengonsumsi tiga jenis obat antihipertensi dengan dosis optimal, termasuk diuretik. Kondisi ini menjadi perhatian serius karena dapat meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskular yang berbahaya, seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal, bahkan kematian. Seiring waktu, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat merusak dan mengeraskan arteri, memperburuk kondisi kesehatan.

Diperkirakan, satu dari empat penderita hipertensi mengalami hipertensi resisten. Dokter Penyakit Dalam, dr. R.A. Adaninggar Primadia Nariswari, Sp.PD., menekankan bahwa ketidakpatuhan terhadap pengobatan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi faktor utama penyebab kondisi ini.

Faktor Penyebab Hipertensi Resisten

Hipertensi resisten dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

  • Gaya Hidup:
    • Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas 25 (kelebihan berat badan atau obesitas).
    • Kurangnya aktivitas fisik.
    • Konsumsi makanan tinggi garam.
    • Konsumsi alkohol berlebihan.

Ningz, sapaan akrab dr. Adaninggar, menjelaskan bahwa obesitas merupakan faktor risiko utama hipertensi resisten. Pola makan yang buruk dan kurangnya olahraga berkontribusi signifikan terhadap kondisi ini.

  • Obat-obatan:

    • Obat pereda nyeri, terutama NSAID (obat antiinflamasi nonsteroid) seperti ibuprofen dan naproxen.
    • Dekongestan hidung.
    • Kontrasepsi oral (pil KB).
    • Suplemen herbal tertentu seperti ginseng dan akar manis.
  • Penyebab Sekunder:

    • Hiperaldosteronisme primer (produksi hormon berlebihan oleh kelenjar adrenal).
    • Feokromositoma (tumor pada kelenjar adrenal).
    • Stenosis arteri renalis (penyempitan arteri yang menuju ginjal).
    • Gagal ginjal kronis.

Ningz menambahkan bahwa jika hipertensi resisten disebabkan oleh kondisi medis lain (hipertensi sekunder), maka penyakit tersebut harus diobati terlebih dahulu agar tekanan darah dapat terkontrol dengan baik.

Penanganan Hipertensi Resisten

Penanganan hipertensi resisten melibatkan perubahan gaya hidup dan penggunaan obat-obatan.

Perubahan Gaya Hidup:

  • Batasi konsumsi garam (kurang dari 2400 mg per hari).
  • Batasi konsumsi alkohol.
  • Hindari penggunaan NSAID untuk meredakan nyeri, gunakan asetaminofen sebagai alternatif.
  • Lakukan aktivitas aerobik minimal 30 menit setiap hari, beberapa kali dalam seminggu.

Konsumsi Obat:

Tidak semua kasus hipertensi resisten memerlukan langsung empat atau lima jenis obat. Terkadang, perbaikan dalam cara minum obat dapat memberikan perbedaan signifikan. Sekitar 40% kasus hipertensi resisten disebabkan oleh ketidakpatuhan pasien dalam mengonsumsi obat antihipertensi dengan benar. Penting untuk minum obat dengan dosis yang tepat dan secara teratur setiap hari.

Jika Anda mengalami kesulitan dalam mengonsumsi obat antihipertensi dengan benar, konsultasikan dengan dokter Anda. Jangan menghentikan pengobatan apa pun tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.