Di tengah hiruk pikuk pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Negeri Padang (UNP), sebuah kisah pengorbanan seorang ayah mencuri perhatian. Mursal, seorang petani nira aren dari Suliki, Payakumbuh, rela menempuh perjalanan jauh dan bermalam di pos satpam UNP demi mendukung putranya, Fajri, mengikuti UTBK.

Mursal dan Fajri tiba di Padang pada Senin, 28 April 2024, dengan tekad kuat. Perjalanan panjang mereka dari Payakumbuh bukan tanpa tantangan. Keterbatasan ekonomi memaksa mereka mencari tempat bermalam yang terjangkau. Beruntung, kebaikan hati petugas keamanan UNP menjadi penyelamat.

Petugas keamanan UNP mengizinkan Mursal dan Fajri untuk beristirahat di pos satpam selama dua malam, sebelum dan sesudah ujian. Sebuah pos sederhana menjadi tempat berlindung sementara bagi mereka. Bagi Mursal, yang sehari-harinya bergelut dengan pekerjaan sebagai petani nira aren, pendidikan anak-anaknya adalah prioritas utama.

Fajri, anak bungsu Mursal, menjadi tumpuan harapan keluarga. Ia memilih Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan Teknik Pertambangan sebagai pilihan studinya di UNP. Semangat Fajri untuk meraih pendidikan tinggi menjadi motivasi bagi Mursal untuk terus berjuang.

"Selama saya masih hidup, saya akan melakukan apa saja demi pendidikan anak saya, meskipun saya hanya mengandalkan air aren," ujar Mursal dengan penuh haru.

Bayu, salah seorang petugas keamanan UNP, mengungkapkan bahwa awalnya Mursal dan Fajri berencana untuk menginap di Masjid Al-Azhar UNP. Namun, karena pertimbangan aktivitas kampus dan kenyamanan mereka, Bayu mengarahkan mereka ke pos pengamanan.

"Kami arahkan untuk bermalam di posko agar lebih aman. Di sana ada kasur, fasilitas tidur, dan kamar mandi. Cukup nyaman untuk beristirahat," jelas Bayu.

Kisah Mursal dan Fajri adalah cerminan dari perjuangan banyak orang tua di Indonesia yang rela berkorban demi pendidikan anak-anaknya. Semangat dan dedikasi mereka patut diacungi jempol dan menjadi inspirasi bagi kita semua.