Wall Street Bergolak: S&P 500 Menguat Tipis di Tengah Kontraksi Ekonomi Kuartal I AS

Wall Street mengalami sesi perdagangan yang bergejolak, ditutup dengan hasil beragam pada hari Kamis pagi WIB. Indeks S&P 500 berhasil mencatatkan kenaikan tipis, sementara indeks Nasdaq Composite mengalami penurunan. Pergerakan pasar ini terjadi di tengah rilis data ekonomi yang menunjukkan kontraksi ekonomi AS pada kuartal pertama tahun 2025, memicu kekhawatiran di kalangan investor.

Indeks S&P 500 ditutup pada level 5.569,06, naik sebesar 0,15 persen. Sementara itu, indeks Nasdaq Composite turun tipis 0,09 persen dan berakhir pada level 17.446,34. Indeks Dow Jones Industrial Average menjadi penampil terbaik, melonjak 141,74 poin atau 0,35 persen, dan ditutup pada level 40.669,36. Kenaikan ini menandai hari ketujuh berturut-turut S&P 500 dan Dow mencatatkan perolehan, meskipun sesi perdagangan diwarnai volatilitas tinggi.

Data dari Departemen Perdagangan AS mengungkapkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami penurunan sebesar 0,3 persen pada kuartal pertama 2025. Kontraksi ini merupakan pembalikan signifikan dari pertumbuhan sebesar 2,4 persen yang tercatat pada kuartal sebelumnya. Analis mengaitkan penurunan ini dengan lonjakan impor sebesar 41 persen, yang dipicu oleh upaya perusahaan untuk mengantisipasi dampak tarif yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump.

Laporan tersebut juga menyoroti perlambatan dalam belanja konsumen dan penurunan belanja pemerintah, yang semakin memperburuk sentimen pasar. Meskipun demikian, data lain memberikan sedikit harapan. Belanja konsumen, meskipun tumbuh pada laju paling lambat sejak 2023, masih menunjukkan peningkatan sebesar 0,7 persen pada bulan Maret, melebihi ekspektasi para ekonom.

Mantan Presiden Trump, melalui unggahan di platform Truth Social, meminta masyarakat untuk bersabar, mengklaim bahwa efek dari kebijakan-kebijakannya membutuhkan waktu untuk terwujud. Perlu diingat bahwa pengumuman kebijakan tarif timbal balik yang luas pada tanggal 2 April lalu sempat memicu aksi jual besar-besaran di pasar saham, menyebabkan indeks S&P 500 anjlok lebih dari 11 persen dan turun hampir 20 persen dari rekor tertingginya pada bulan Februari.

Pasar kemudian pulih setelah Trump mencabut beberapa bea masuk yang lebih ketat. Pada akhir April, S&P 500 mencatat kerugian sekitar 0,8 persen, sementara Dow Jones turun 3,2 persen. Nasdaq, di sisi lain, berhasil membukukan kenaikan tipis sekitar 0,9 persen selama bulan tersebut.

Secara keseluruhan, sesi perdagangan ini mencerminkan ketidakpastian yang sedang berlangsung di pasar, di mana investor terus mencerna data ekonomi yang beragam dan mengantisipasi langkah kebijakan selanjutnya.