Strategi Ekspansi Global PIS Hadapi Potensi Dampak Tarif Impor AS
PT Pertamina International Shipping (PIS) mengambil langkah antisipatif dalam menghadapi dinamika ekonomi global yang dipicu oleh kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Amerika Serikat. Kebijakan ini, yang mengenakan tarif sebesar 32% terhadap produk impor dari Indonesia, berpotensi menciptakan ketidakpastian dalam rantai pasok dan biaya logistik internasional.
Menyadari potensi dampak tersebut, PIS telah merancang strategi diversifikasi bisnis dan ekspansi global untuk memitigasi risiko dan menjaga stabilitas operasional perusahaan. Direktur Perencanaan Bisnis PIS, Eka Suhendra, menyatakan bahwa ketidakpastian global akibat kebijakan tarif AS bersifat sementara dan tidak akan mempengaruhi pertumbuhan PIS secara signifikan.
"PIS telah membuka bisnis lain di luar Indonesia dalam 3-4 tahun terakhir. Hal ini dilakukan untuk memastikan ketahanan energi di Indonesia semakin kuat," ujar Eka dalam acara Media Briefing Indonesia Maritime Week 2025 di Jakarta.
Strategi PIS mencakup beberapa poin utama, di antaranya:
- Ekspansi Rute Internasional: PIS saat ini mengoperasikan 62 rute internasional. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk menjangkau pasar yang lebih luas dan mengurangi ketergantungan pada satu wilayah geografis.
- Pembukaan Kantor Cabang di Luar Negeri: PIS telah membuka kantor cabang di Singapura dan Dubai, serta sedang dalam proses membuka kantor di London. Kehadiran di pusat-pusat perdagangan global ini akan mempermudah koordinasi operasional dan memperluas jaringan bisnis perusahaan.
- Diversifikasi Bisnis Kargo: Selain fokus pada pengelolaan terminal dan pengangkutan LPG dan BBM, PIS juga memperluas bisnisnya ke pengangkutan komoditas baru seperti dry bulk, amonia, petrokimia, dan CO2. Diversifikasi ini akan mengurangi risiko ketergantungan pada satu jenis komoditas.
- Kolaborasi Internasional: PIS menjalin kerjasama dengan berbagai pihak di negara-negara Barat dan Timur untuk memastikan kesiapan perusahaan dalam menghadapi peluang bisnis baru.
Eka juga menambahkan bahwa PIS telah berpengalaman dalam menghadapi tantangan geopolitik, seperti ketegangan antara Ukraina dan Rusia. Pengalaman ini telah membekali perusahaan dengan kemampuan untuk beradaptasi dan memitigasi risiko yang timbul akibat ketidakpastian global.
"Kami telah menghadapi tantangan ini beberapa tahun yang lalu. Dan kami percaya bahwa untuk membuat perusahaan yang kuat dalam pelayaran, kita perlu memaksimalkan pasar itu sendiri," pungkas Eka.
Di tengah kekhawatiran akan kenaikan biaya impor akibat ketegangan global, PIS optimis dapat mengatasi tantangan ini. Perusahaan percaya bahwa dengan strategi yang tepat, PIS dapat terus tumbuh dan berkontribusi pada ketahanan energi Indonesia.