Kebijakan Tarif AS Ancam Ekspor Mainan Indonesia, Sri Mulyani Beri Perhatian Khusus

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti potensi dampak signifikan dari kebijakan tarif balasan (retaliasi) yang diterapkan Amerika Serikat (AS) terhadap barang-barang ekspor asal Indonesia. Dalam konferensi pers yang diadakan di Jakarta, Sri Mulyani menjelaskan bahwa berbagai sektor industri berpotensi terkena imbas, termasuk sektor mesin dan peralatan listrik, produk pakaian rajutan, alas kaki, serta pakaian dan aksesori non-rajutan.

Sorotan khusus diberikan pada industri mainan, terutama boneka Barbie. Sri Mulyani mengungkapkan bahwa mayoritas impor boneka Barbie oleh AS berasal dari Indonesia. Dengan demikian, penerapan tarif tinggi oleh AS dapat secara langsung mempengaruhi daya saing produk Indonesia di pasar Amerika. Hal ini terungkap dalam pertemuan antara Sri Mulyani dan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, beberapa waktu lalu. Selain Barbie, mainan lain yang cukup signifikan diimpor AS dari Indonesia adalah Hot Wheels.

Sri Mulyani menekankan bahwa, meskipun ekspor Indonesia ke AS hanya berkontribusi sekitar 2,1% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), pemerintah tetap akan waspada terhadap potensi dampak dari kebijakan tarif ini. Ia menambahkan bahwa periode libur Natal dan Black Friday di AS merupakan momen penting bagi penjualan mainan. Kenaikan tarif dapat mempengaruhi harga mainan dan berpotensi membebani konsumen AS.

Berikut adalah daftar sektor yang berpotensi terdampak:

  • Mesin dan peralatan listrik
  • Pakaian dan aksesoris rajutan
  • Alas kaki
  • Pakaian dan aksesoris non rajutan

Sri Mulyani juga menyoroti bahwa dampak kebijakan ini tidak hanya terbatas pada mainan, tetapi juga berpotensi meluas ke sektor lain yang dianggap strategis seperti chip dan kendaraan listrik. Pemerintah Indonesia akan terus memantau perkembangan situasi dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap perekonomian nasional.