United Tractors Umumkan Penurunan Laba Bersih di Kuartal Pertama 2025, Sejumlah Sektor Alami Pertumbuhan Positif
PT United Tractors Tbk (UNTR) mengumumkan kinerja keuangan mereka untuk kuartal pertama tahun 2025, dengan mencatatkan laba bersih sebesar Rp 3,2 triliun. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 30% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Penurunan ini terutama disebabkan oleh performa yang kurang memuaskan dari segmen Pertambangan Batu Bara Termal dan Metalurgi serta Kontraktor Penambangan.
Namun, di tengah penurunan tersebut, perusahaan juga mencatat pertumbuhan yang menggembirakan dari segmen Mesin Konstruksi dan Pertambangan Emas, yang sedikit mengurangi dampak penurunan secara keseluruhan. Pendapatan bersih konsolidasian UNTR tercatat sebesar Rp 34,3 triliun, menunjukkan peningkatan sebesar 6% dibandingkan dengan Rp 32,4 triliun pada kuartal pertama 2024.
Menurut keterangan resmi perusahaan, pendapatan UNTR didominasi oleh kontribusi dari beberapa segmen utama, yaitu:
- Kontraktor Penambangan: Rp 12,6 triliun
- Mesin Konstruksi: Rp 10,9 triliun
- Pertambangan Batu Bara Termal dan Metalurgi: Rp 7 triliun
- Pertambangan Emas dan Mineral Lainnya: Rp 2,9 triliun
Segmen Mesin Konstruksi mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 31%. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan penjualan alat berat Komatsu sebesar 23%, dengan total 1.385 unit terjual. Pangsa pasar Komatsu tercatat sebesar 24% berdasarkan riset internal perusahaan. Selain itu, penjualan truk Scania juga mengalami peningkatan dari 87 unit menjadi 158 unit, sementara penjualan UD Trucks naik dari 32 menjadi 88 unit.
Selain penjualan alat berat, pendapatan dari jasa suku cadang dan pemeliharaan alat berat juga meningkat sebesar 6% menjadi Rp 2,8 triliun.
Di sisi lain, segmen Kontraktor Penambangan mengalami penurunan pendapatan sebesar 6% akibat faktor cuaca ekstrem. Kondisi cuaca yang tidak mendukung menyebabkan penurunan volume pemindahan tanah sebesar 12% menjadi 252 juta bcm, serta penurunan produksi batu bara klien sebesar 2% menjadi 32 juta ton, dengan rata-rata stripping ratio sebesar 7,9 kali.
Segmen Pertambangan Batu Bara Termal dan Metalurgi mencatat penurunan pendapatan sebesar 15% menjadi Rp 7 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan volume penjualan batu bara sebesar 2% menjadi 3,2 juta ton, yang mencakup 1,1 juta ton batu bara metalurgi.
Namun, kabar baik datang dari segmen Pertambangan Emas dan Mineral Lainnya, yang mencatat pertumbuhan pendapatan signifikan sebesar 61% menjadi Rp 2,9 triliun. Total penjualan setara emas mencapai 57.000 ons, meningkat 16% dari periode sebelumnya. Tambang Martabe di Sumatera Utara memberikan kontribusi sebesar 55.000 ons, sementara tambang Sumbawa menyumbang 2.000 ons.
Dari bisnis nikel, PT Stargate Pasific Resources (SPR) mencatatkan penjualan 525.000 wet metric ton (wmt) bijih nikel, yang terdiri dari 155.000 wmt saprolit dan 370.000 wmt limonit. Namun, kontribusi dari Nickel Industries Limited (NIC), yang 20,14% sahamnya dimiliki oleh United Tractors, mengalami penurunan karena adanya pencatatan rugi bersih terkait penurunan nilai atas dua proyek RKEF lama.