Terungkap! Praktik Joki dan Manipulasi Identitas Guncang UTBK ISBI Bandung 2025

Kasus kecurangan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2025 di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung menggemparkan dunia pendidikan. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ISBI Bandung, Indra Ridwan, mengungkapkan kronologi detail praktik joki yang melibatkan manipulasi identitas peserta.

Kasus Pertama: Identitas Ganda Terbongkar di Sesi Ujian Berbeda

Kejanggalan pertama terdeteksi pada Jumat, 25 April 2025, saat pelaksanaan UTBK sesi 6. Seorang pengawas ujian curiga terhadap seorang peserta yang wajahnya familiar dari sesi sebelumnya. Awalnya, pengawas menduga peserta tersebut mungkin memiliki saudara kembar. Namun, kecurigaan semakin kuat. Saat diminta menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP), identitas peserta mengarah ke domisili di luar Bandung.

Investigasi lebih lanjut oleh panitia UTBK ISBI Bandung mengungkap fakta yang mencengangkan. Setelah meninjau dan mencocokkan data peserta sesi sebelumnya, ditemukan bahwa foto wajah yang sama muncul pada sesi 1 dengan nomor peserta yang berbeda. Rekaman CCTV mengkonfirmasi bahwa orang yang sama mengikuti ujian di sesi 1 dan 6.

Identitas asli peserta tersebut adalah Lukas Valentino Nainggolan. Ia mengakui perbuatannya sebagai joki atas perintah seseorang berinisial T. Penelusuran dokumen administrasi dan Album Bukti Hadir Peserta mengungkap bahwa Lukas menjadi joki untuk tiga peserta.

Kasus Kedua: Alasan Ekonomi di Balik Praktik Joki

Kasus kedua terjadi pada sesi 9 UTBK di ISBI Bandung, 27 April 2025. Seorang pengawas ujian menjalankan prosedur standar, termasuk memeriksa kelengkapan berkas dan meminta peserta melepaskan aksesoris. Seorang peserta mengalami kesulitan melepas anting, dan meskipun diizinkan tetap memakainya, peserta tersebut bersikeras melepasnya hingga menyebabkan luka kecil.

Saat panitia hendak meminta maaf kepada peserta, secara tidak sengaja ditemukan kemiripan foto dengan peserta lain yang telah mengikuti sesi 2, yang memilih program studi kedokteran. Setelah sesi ujian selesai, peserta tersebut mengakui telah hadir sebagai dua peserta berbeda dan mengungkapkan identitas aslinya sebagai Khamila Djibran.

Khamila mengaku melakukan praktik joki karena alasan ekonomi. Ia juga menyebut direkrut oleh individu yang sama berinisial T, yang juga terlibat dalam kasus pertama.

Ketua Tim Penanggung Jawab SNPMB 2025, Eduart Wolok, mengungkapkan bahwa ada empat kartu peserta yang dimodifikasi menggunakan teknologi AI. Pihaknya masih terus melacak peserta yang menggunakan jasa joki.

Kasus ini menjadi tamparan keras bagi integritas UTBK dan SNPMB. Investigasi mendalam dan penegakan hukum yang tegas diperlukan untuk menindak pelaku dan mencegah kejadian serupa di masa depan. Selain itu, perbaikan sistem pengawasan dan penggunaan teknologi yang lebih canggih dapat membantu mendeteksi dan mencegah praktik kecurangan dalam pelaksanaan UTBK.