Martabak Telur dan Nasi: Simbol Kesenjangan Sosial yang Viral di Dunia Maya
Demam perbincangan mengenai kesenjangan sosial tengah melanda berbagai platform media sosial, memicu diskusi hangat di kalangan warganet. Salah satu topik yang mencuat adalah kebiasaan mengonsumsi martabak telur dengan nasi, yang dianggap sebagai representasi perbedaan kelas sosial.
Fenomena ini bermula dari curahan hati seorang pengguna platform X (dahulu Twitter) dengan akun @dear_upi yang kemudian menjadi viral. Dalam unggahannya, ia menceritakan pengalamannya saat makan martabak telur dan meminta nasi sebagai pelengkap. Respon yang diterimanya dari teman-temannya membuatnya tersadar akan adanya perbedaan perspektif dalam menikmati hidangan tersebut.
"Pernah diajak makan martabak telur, terus gue minta nasi. Eh ditanya kenapa makan martabak pakai nasi, emang enak? Terus gue bales, memangnya selama ini dia makan martabak telur gak pakai nasi? Ternyata selama ini makan martabak gak pakai nasi, soalnya keluarga gue beli martabak telur buat dimakan lima orang," tulisnya dalam cuitan yang disukai ribuan pengguna.
Kisah ini kemudian memicu berbagai komentar dan pengalaman serupa dari warganet lainnya. Sebagian besar dari mereka yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke atas menganggap martabak telur sebagai camilan yang disantap tanpa nasi. Sementara itu, bagi mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi, martabak telur seringkali menjadi lauk pendamping nasi agar terasa lebih mengenyangkan.
Perbedaan cara pandang ini mencerminkan adanya kesenjangan sosial yang masih terasa dalam kehidupan sehari-hari. Martabak telur yang seharusnya menjadi hidangan yang dinikmati oleh semua kalangan, justru menjadi simbol pembeda antara mereka yang mampu dan mereka yang kurang mampu.
Beberapa komentar netizen:
- "Aku juga sama baru tahu kalau makan martabak telur pakai nasi dari pacarku. Aku tercengang dan merasa aneh banget. Karena bagiku, martabak itu camilan," curhat @vr***.
- "Kak, aku juga ribut sama pacarku karena makan martabak telur pakai nasi. Katanya martabak gak boleh dimakan pakai nasi, karena itu karbohidrat semua. Dia gak tahu aja, aku kalau makan martabak pakai tiga centong nasi dan pakai tiga potong martabak," komen @kez**.
- "Aku juga baru tahu kalau martabak bisa dimakan pakai nasi pas di keluarga suamiku. Aku tercengang, memang kesenjangan sosial antara suamiku dan aku memang jauh. Tapi ternyata gitu rasanya kesenjangan ya,' pungkas @mew**
Selain martabak telur, fenomena serupa juga terjadi pada hidangan lain seperti chicken nugget. Bagi sebagian orang, nugget adalah camilan ringan, sementara bagi yang lain, dua potong nugget dengan nasi putih sudah cukup untuk mengisi perut.
Diskusi mengenai kesenjangan sosial melalui makanan ini menjadi pengingat bahwa perbedaan ekonomi dan sosial masih memengaruhi cara pandang dan kebiasaan makan masyarakat Indonesia. Hal ini juga memicu kesadaran akan pentingnya saling menghargai dan memahami perbedaan latar belakang masing-masing individu.