Regenerasi Petani di Indonesia Terancam, Mayoritas Pelaku Pertanian Berusia Senja
Kabar mengkhawatirkan datang dari sektor pertanian Indonesia. Mayoritas petani di tanah air saat ini didominasi oleh kelompok usia lanjut, mengindikasikan ancaman serius terhadap regenerasi petani dan keberlanjutan sektor ini di masa depan.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengungkapkan bahwa kondisi ini serupa dengan yang dihadapi Jepang, di mana sebagian besar petani berusia di atas 60 tahun. Pernyataan ini disampaikan setelah pertemuan dengan Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Kelautan Jepang, H.E. Taku Eto, di Jakarta, yang membahas berbagai tantangan sektor pertanian di kedua negara.
"Anak-anak muda enggan terjun ke pertanian. Sebenarnya kan hampir mirip-mirip ya, hampir mirip dengan Indonesia," ujar Arief, menyoroti kurangnya minat generasi muda untuk berkecimpung dalam bidang pertanian. Hal ini menjadi perhatian serius karena tanpa adanya regenerasi, sektor pertanian akan kehilangan tenaga kerja produktif dan inovasi.
Data Sensus Pertanian 2023 dari Badan Pusat Statistik (BPS) memperkuat pernyataan tersebut. Hasil sensus menunjukkan bahwa mayoritas petani Indonesia berada dalam rentang usia 43-58 tahun, dengan proporsi mencapai 42,28 persen. Kelompok usia 59-77 tahun menyusul dengan 27,12 persen. Ironisnya, kelompok milenial (27-42 tahun) hanya mencakup 26,10 persen, dan generasi Z hanya 2,30 persen, serta generasi pra-Boomer 2,19 persen.
Kondisi ini mengindikasikan perlunya upaya serius untuk menarik minat generasi muda terhadap sektor pertanian. Berbagai strategi dapat diterapkan, termasuk:
- Peningkatan kesejahteraan petani: Pemerintah perlu berupaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani agar profesi ini lebih menarik bagi generasi muda.
- Modernisasi pertanian: Penerapan teknologi modern dalam pertanian dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas, sehingga membuat sektor ini lebih menarik bagi generasi muda yang terbiasa dengan teknologi.
- Pendidikan dan pelatihan: Program pendidikan dan pelatihan pertanian yang relevan dengan kebutuhan pasar dapat membekali generasi muda dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses di sektor ini.
- Pencitraan positif: Kampanye untuk mengubah citra petani menjadi profesi yang keren, modern, dan menjanjikan dapat menarik minat generasi muda.
Di tengah tantangan regenerasi petani, terdapat kabar baik terkait peningkatan kesejahteraan petani. Nilai Tukar Petani (NTP) Maret 2025 mencapai 123,72, tertinggi dalam tiga tahun terakhir untuk periode yang sama. Peningkatan ini menunjukkan adanya perbaikan dalam daya beli petani dan potensi untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
"Citra petani yang sejahtera itu yang harus dibentuk. Minister Eto tadi sampaikan demikian, dan kita di Indonesia saat ini sedang membangun citra baik itu dengan komando Bapak Presiden Prabowo," ujar Arief, menekankan pentingnya membangun citra positif petani untuk menarik minat generasi muda dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Regenerasi petani menjadi kunci keberlanjutan sektor pertanian Indonesia. Tanpa adanya upaya serius untuk menarik minat generasi muda, sektor ini akan menghadapi krisis tenaga kerja dan inovasi, yang dapat mengancam ketahanan pangan nasional.