Investasi China di Sektor Energi Indonesia Terfokus pada PLTU Batu Bara: Laporan Ungkap Kapasitas 7,7 GW untuk Smelter Nikel

Laporan terbaru dari Global Energy Monitor (GEM) menyoroti peran signifikan perusahaan-perusahaan asal Tiongkok dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Indonesia. Studi ini mengungkap bahwa total kapasitas PLTU batu bara yang dibangun mencapai 7,7 gigawatt (GW), yang sebagian besar diperuntukkan bagi kebutuhan energi smelter nikel di Tanah Air.

Indonesia menjadi penerima investasi terbesar dari proyek Belt and Road Initiative (BRI) China, dengan fokus utama pada sektor energi. Investasi ini memainkan peran penting dalam pertumbuhan PLTU captive, yang secara khusus digunakan untuk memurnikan bijih logam. Pembangunan PLTU batu bara ini menjadi bagian dari ekspansi global PLTU batu bara yang didukung oleh China. Namun, ekspansi ini menimbulkan pertanyaan terkait komitmen China pada tahun 2021, di mana Presiden Xi Jinping mengumumkan bahwa negaranya tidak akan lagi membantu membangun atau membiayai PLTU batu bara di luar negeri.

Walaupun ada pernyataan tersebut, sejak 2021, China tetap terlibat dalam pembangunan dan pendanaan PLTU batu bara di berbagai negara, dengan kapasitas mencapai setidaknya 26,2 GW. GEM juga menemukan bahwa mayoritas kapasitas pembangkit listrik yang sedang dibangun di 10 negara mitra BRICS bergantung pada perusahaan milik negara China, baik dari segi pendanaan, pengadaan, rekayasa, maupun konstruksi.

James Norman dari Global Integrated Power Tracker GEM menekankan pentingnya bagi negara-negara anggota baru dan mitra BRICS untuk beralih ke energi terbarukan. Investasi pada batu bara, gas, dan minyak berisiko membawa negara-negara ini ke arah yang kurang berkelanjutan.

Kapasitas terpasang PLTU batu bara captive di Indonesia terus meningkat pesat. Analisis dari Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) dan GEM menunjukkan bahwa pada tahun 2026, kapasitas PLTU captive di Indonesia berpotensi melampaui kapasitas terpasang PLTU di Australia. PLTU captive merupakan pembangkit yang dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan listriknya sendiri.

Dalam periode antara Juli 2023 hingga Juli 2024, kapasitas terpasang PLTU captive di Indonesia bertambah sebesar 4,5 GW. CREA dan GEM memperkirakan bahwa tren ini akan berlanjut, dengan potensi tambahan 11,04 GW hingga tahun 2026. Estimasi ini mencakup PLTU captive dari berbagai tahap pembangunan, mulai dari konstruksi hingga pengumuman. Saat ini, kapasitas terpasang PLTU captive mencapai sekitar 15,2 GW. Jika estimasi tersebut terealisasi, total kapasitas terpasang PLTU captive di Indonesia dapat mencapai 26,24 GW pada tahun 2026.

Berikut adalah poin-poin penting yang dapat disoroti:

  • Investasi China di sektor energi Indonesia terfokus pada PLTU batu bara.
  • Kapasitas PLTU batu bara yang dibangun mencapai 7,7 GW, sebagian besar untuk smelter nikel.
  • Indonesia adalah penerima investasi terbesar BRI China di sektor energi.
  • Ekspansi PLTU batu bara ini bertentangan dengan janji China pada tahun 2021.
  • Kapasitas PLTU captive di Indonesia terus meningkat dan berpotensi melampaui Australia pada tahun 2026.