Gunung Padang: Upaya Pemugaran dan Penelitian Intensif Dimulai
Gunung Padang, situs megalitikum yang terletak di Cianjur, Jawa Barat, kembali menjadi pusat perhatian dengan rencana pemugaran dan penelitian lanjutan yang digagas oleh Kementerian Kebudayaan. Inisiatif ini disambut baik oleh para arkeolog dan budayawan, yang melihat potensi besar dalam mengungkap lebih dalam sejarah dan peradaban di Nusantara.
Ali Akbar, seorang arkeolog yang terlibat dalam pengusulan kajian lanjutan Gunung Padang, menjelaskan bahwa struktur yang terlihat di permukaan saat ini hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan kompleks situs. Penelitian sebelumnya baru mencakup sekitar 10 persen dari total area seluas 29,1 hektare. Bahkan pada kedalaman 10 meter, masih ditemukan struktur bangunan yang belum terungkap. Fokus utama penelitian ini adalah studi teknis yang mendalam, yang akan menjadi dasar bagi upaya pemugaran untuk mengungkap bentuk asli dan skala sesungguhnya dari situs bersejarah ini.
Budayawan Cianjur, Eko Wiwid, juga memberikan dukungan positif terhadap rencana ini. Ia menekankan pentingnya pelestarian dan pengelolaan situs secara holistik, agar Gunung Padang tidak hanya menjadi sekadar proyek infrastruktur. Eko Wiwid juga menyoroti perlunya penataan fasilitas dan pelibatan masyarakat setempat, sehingga situs ini dapat berfungsi sebagai pusat budaya dan wisata edukatif yang berkelanjutan.
Situs Gunung Padang, yang pertama kali ditemukan pada tahun 1914, sering disebut sebagai piramida tertua di dunia. Meskipun klaim ini masih kontroversial, daya tarik situs ini tidak dapat disangkal. Dengan adanya komitmen dari Kementerian Kebudayaan, muncul harapan baru untuk menggali lebih dalam potensi situs ini, baik secara fisik maupun ilmiah.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menyatakan bahwa pemugaran Gunung Padang akan dirancang dengan cermat dan direncanakan menggunakan skema pendanaan public private partnership. Tujuan utama dari pemugaran ini adalah untuk merawat situs dengan baik berdasarkan kajian yang mendalam, seperti yang telah dilakukan pada Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Fadli Zon juga menambahkan bahwa meskipun upaya akan dilakukan untuk mengembalikan situs ke bentuk aslinya, rekonstruksi 100 persen mungkin tidak mungkin dilakukan karena ketiadaan blue print yang akurat.
Berikut adalah beberapa poin penting yang akan menjadi fokus dalam pemugaran dan penelitian Gunung Padang:
- Studi Teknis Mendalam: Penelitian akan difokuskan pada studi teknis yang komprehensif untuk memahami struktur dan sejarah situs.
- Pemugaran yang Hati-hati: Upaya pemugaran akan dilakukan dengan hati-hati untuk mengungkap bentuk asli dan skala situs.
- Pelestarian Holistik: Situs akan dikelola secara holistik untuk memastikan pelestarian jangka panjang.
- Pelibatan Masyarakat: Masyarakat setempat akan dilibatkan dalam pengelolaan situs untuk menciptakan rasa memiliki dan keberlanjutan.
- Pengembangan Pariwisata Edukatif: Situs akan dikembangkan sebagai pusat budaya dan wisata edukatif untuk meningkatkan kesadaran sejarah dan budaya.
Dengan dimulainya pemugaran dan penelitian intensif ini, diharapkan Gunung Padang dapat mengungkap lebih banyak misteri dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman kita tentang sejarah dan peradaban di Nusantara. Upaya ini bukan hanya tentang mengungkap masa lalu, tetapi juga tentang membangun identitas dan warisan budaya yang luar biasa untuk generasi mendatang.