Eksplorasi Rasa Kopi: Uji Perbandingan Seduh Manual Antara Corong Kuning dan V60 Dripper
Demam menyeduh kopi menggunakan corong kuning ala IKEA tengah melanda para pecinta kopi. Peralatan dapur serbaguna ini ternyata mampu menghasilkan cita rasa kopi yang unik, sehingga menimbulkan pertanyaan, bagaimana perbandingannya dengan metode seduh menggunakan dripper V60 yang lebih konvensional?
Fenomena penggunaan corong kuning sebagai alat seduh kopi pertama kali mencuat setelah dipopulerkan oleh Amadeo Yurcel, yang meraih peringkat 6 besar di ajang IBrC 2025. Di bawah bimbingan John Christopher, Amadeo mengeksplorasi potensi rasa kopi melalui media corong kuning yang ikonik.
Dengan harga yang terjangkau, sekitar Rp 19.900 per buah, corong kuning IKEA menawarkan alternatif ekonomis bagi para penggemar kopi. Untuk penggunaannya, diperlukan paper filter yang serupa dengan V60 atau Origami, dengan sedikit modifikasi berupa sobekan kecil di sisi-sisinya agar sesuai dengan bukaan corong.
Untuk menjawab rasa penasaran publik, dilakukanlah uji coba komparatif antara corong kuning IKEA dan dripper V60. Eksperimen ini menggunakan 10 gram kopi Arabika asal Pangalengan, diseduh dengan 160 mililiter air menggunakan teknik pour over selama kurang lebih 2 menit untuk masing-masing metode.
Proses penyeduhan dilakukan dengan tiga kali penuangan air bersuhu 85-90 derajat Celcius. Penuangan pertama sebanyak 40 mililiter selama 30 detik untuk proses blooming, diikuti dengan dua interval penuangan berikutnya masing-masing 60 mililiter selama 45 detik.
Perbedaan signifikan terlihat sejak awal proses blooming. Diameter corong IKEA yang mencapai 11,5 sentimeter dengan bagian bawah yang mengerucut meminimalisir kontak kopi dengan oksigen.
Blooming pada corong IKEA tampak lebih efektif dalam melepaskan gas karbon dioksida, ditandai dengan munculnya gelembung-gelembung yang lebih besar. Sementara pada dripper V60, pelepasan karbondioksida terjadi lebih merata dan tidak menghasilkan gelembung sebesar pada corong kuning.
Waktu yang dibutuhkan untuk air menetes dan menyeduh kopi pada corong kuning IKEA cenderung lebih lama dibandingkan dengan V60. Hal ini disebabkan oleh bentuk kaki corong yang lebih panjang, memperlambat aliran seduhan kopi.
Perbedaan hasil seduhan juga terlihat dari tingkat kepekatan kopi yang dihasilkan. Corong kuning menghasilkan kopi Arabika Pangalengan yang lebih pekat dan bold, sedangkan dripper V60 menghasilkan warna yang lebih cerah dan transparan saat terkena cahaya.
Dari segi aroma, corong IKEA menghasilkan aroma nutty dan karamel yang berpadu dengan sentuhan asam buah (fruity). Sementara dripper V60 lebih menonjolkan aroma fruity yang dominan.
Pada tegukan pertama, perbedaan rasa antara kedua metode seduh langsung terasa. Seduhan dari corong kuning IKEA menghasilkan body yang lebih tebal, meninggalkan kesan rasa yang lebih lama di mulut.
Sebaliknya, dripper V60 menghasilkan rasa yang lebih clean. Corong kuning IKEA mengekstraksi rasa karamel dan sedikit sentuhan gula merah dari biji kopi Arabika Pangalengan.
Dripper V60 menghasilkan cita rasa fruity yang murni tanpa sentuhan karamel, gula merah, ataupun pahit. Karakter rasa yang muncul lebih menyerupai granny smith atau apel hijau, asam citrus, dan sedikit kesegaran seperti buah persik di akhir tegukan.
Sebagai kesimpulan, corong kuning IKEA dapat menjadi alternatif menarik untuk dripper pada momen-momen tertentu. Alat ini mampu mengekstraksi karakter alami biji kopi, namun dengan sentuhan berbeda berupa body yang lebih tebal dan kuat.