Dedi Mulyadi Luruskan Persepsi Publik Terkait Dialognya dengan Aura Cinta
Polemik mengenai dialog antara mantan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dengan seorang figur publik bernama Aura Cinta terkait acara perpisahan sekolah SMA terus bergulir. Menanggapi hal tersebut, Dedi Mulyadi memberikan klarifikasi untuk meluruskan persepsi publik yang berkembang.
Dalam klarifikasinya yang disampaikan melalui akun TikTok pribadinya, Dedi Mulyadi menegaskan bahwa dialog tersebut semata-mata bertujuan untuk membahas masa depan generasi muda dan bukan untuk menyerang atau mendiskreditkan siapapun. Ia menyoroti pentingnya memahami konteks perbincangan tersebut secara utuh.
Lebih lanjut, Dedi Mulyadi mengoreksi anggapan yang beredar di masyarakat bahwa Aura Cinta adalah seorang remaja. Ia menjelaskan bahwa Aura Cinta telah memasuki usia dewasa, hampir 20 tahun, dan telah lulus dari SMA sejak tahun lalu. Bahkan, Aura Cinta saat ini telah aktif sebagai bintang iklan dan memiliki penghasilan sendiri, sehingga tidak tepat lagi jika digolongkan sebagai anak-anak atau remaja.
Sebelumnya, video perdebatan antara Dedi Mulyadi dan Aura Cinta menjadi viral di media sosial. Dalam video yang diunggah di YouTube, Aura Cinta bersama ibunya, yang mewakili warga korban penggusuran di bantaran Sungai Bekasi, menyampaikan aspirasi terkait larangan acara perpisahan sekolah. Aura Cinta berpendapat bahwa acara perpisahan penting untuk menciptakan kenangan, meskipun membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Dedi Mulyadi kemudian menjelaskan bahwa larangan acara perpisahan dan study tour di sekolah diberlakukan dengan tujuan untuk meringankan beban ekonomi orang tua siswa. Ia berpendapat bahwa acara perpisahan seharusnya hanya diselenggarakan di tingkat perguruan tinggi. Terkait dengan warga yang tinggal di bantaran sungai, Dedi Mulyadi menekankan pentingnya memprioritaskan kebutuhan dasar dibandingkan dengan acara seremonial.
Perdebatan semakin intens ketika Dedi Mulyadi mempertanyakan motivasi keluarga dengan kondisi ekonomi yang kurang mampu untuk tetap mengadakan acara perpisahan yang mewah. Aura Cinta membantah anggapan tersebut dan menegaskan bahwa ia hanya meminta keadilan dan tetap mendukung acara perpisahan dengan biaya yang terjangkau.
Pada akhirnya, Dedi Mulyadi menawarkan solusi alternatif, yaitu siswa diperbolehkan untuk menyelenggarakan acara perpisahan secara mandiri tanpa melibatkan pihak sekolah, sehingga tidak membebani orang tua maupun pihak sekolah. Solusi ini diharapkan dapat menjembatani perbedaan pendapat dan mengakomodasi kepentingan semua pihak.