Inovasi Pengawasan Ujian: Profesor di Mesir Gunakan Drone untuk Cegah Kecurangan
Profesor di Mesir Terapkan Teknologi Drone untuk Pengawasan Ujian
Sebuah universitas di Mesir baru-baru ini menjadi sorotan setelah seorang profesornya menerapkan metode pengawasan ujian yang tidak konvensional: penggunaan drone. Tindakan ini diambil sebagai upaya untuk mencegah kecurangan di kalangan mahasiswa selama ujian berlangsung. Video yang merekam aksi profesor tersebut dengan cepat menyebar di media sosial, memicu perdebatan tentang etika dan efektivitas penggunaan teknologi dalam pengawasan akademik.
Dalam video yang beredar, terlihat sebuah drone kecil terbang di atas deretan mahasiswa yang sedang mengerjakan soal ujian. Pesawat nirawak itu bergerak secara perlahan, memindai ruangan dan memberikan pandangan menyeluruh kepada pengawas ujian. Inisiatif ini bertujuan untuk meminimalisir potensi tindakan curang selama ujian berlangsung, dengan harapan menciptakan lingkungan ujian yang lebih adil dan jujur.
Penggunaan drone sebagai alat pengawas ujian bukan tanpa kontroversi. Sebagian pihak memuji inovasi ini sebagai langkah maju dalam menjaga integritas akademik. Mereka berpendapat bahwa teknologi dapat membantu mendeteksi dan mencegah kecurangan dengan lebih efektif daripada metode pengawasan tradisional.
Namun, ada juga yang mengkritik pendekatan ini. Kekhawatiran utama berkisar pada masalah privasi dan potensi gangguan yang dapat ditimbulkan oleh drone selama ujian. Beberapa pihak mempertanyakan apakah pengawasan semacam itu etis dan proporsional dalam konteks pendidikan. Selain itu, efektivitas drone dalam mendeteksi kecurangan juga menjadi perdebatan, mengingat mahasiswa masih dapat menemukan cara untuk mengakali sistem pengawasan tersebut.
Penggunaan Teknologi dalam Pengawasan Ujian: Tren Global
Penggunaan teknologi untuk mengawasi ujian bukan hal baru. Di China, misalnya, teknologi pengawasan telah digunakan secara ekstensif dalam ujian masuk perguruan tinggi negeri (Gaokao) sejak tahun 2015. Bahkan, sejak tahun 2016, kecurangan dalam Gaokao dianggap sebagai tindak pidana.
Beberapa daerah di China bahkan telah mengadopsi kecerdasan buatan (AI) untuk membantu mengawasi peserta Gaokao. AI digunakan untuk mendeteksi perilaku mencurigakan, seperti plagiarisme dan komunikasi ilegal, melalui analisis data gambar dan video. Jika terdeteksi anomali, sistem akan memberikan peringatan kepada pengawas untuk mengambil tindakan lebih lanjut.
Selain AI, teknologi lain seperti radar dan robot patroli juga digunakan untuk mendukung pengawasan ujian di China. Namun, penting untuk dicatat bahwa sistem AI tidak sepenuhnya menggantikan peran manusia. Informasi yang diberikan oleh AI tetap diverifikasi secara manual, dan pengawas ujian memegang kendali akhir dalam pengambilan keputusan.
Penggunaan drone oleh profesor di Mesir ini menambah daftar panjang inovasi teknologi yang diterapkan dalam dunia pendidikan. Sementara efektivitas dan etika penggunaan teknologi dalam pengawasan ujian masih menjadi perdebatan, tren ini menunjukkan bahwa teknologi akan terus memainkan peran penting dalam menjaga integritas akademik di masa depan.
- Penggunaan drone di universitas Mesir picu perdebatan
- China gunakan AI untuk awasi ujian Gaokao
- Privasi dan efektifitas penggunaan drone dipertanyakan