Lonjakan Harga Kelapa Ancam Kelangsungan Bisnis Kuliner Padang di Jakarta

Kenaikan harga kelapa yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir telah memberikan dampak yang cukup besar bagi para pelaku usaha kuliner khas Sumatera Barat, khususnya yang mengandalkan kelapa sebagai bahan baku utama. Rumah makan yang menyajikan masakan bersantan merasakan betul tekanan ekonomi akibat fluktuasi harga komoditas ini.

Rumah Makan Siang Malam Juanda, yang terletak strategis di kawasan Stasiun Juanda, Jakarta, menjadi salah satu contoh nyata dari bisnis yang terpukul oleh kondisi ini. Romi Chandra, manajer rumah makan tersebut, mengungkapkan bahwa mereka terpaksa mengambil langkah penyesuaian dengan mengurangi volume produksi masakan yang menggunakan santan sebagai bahan dasar.

"Dulu, omzet kami bisa dibilang lumayan, sekarang kondisinya jauh berbeda. Penurunan pendapatan mencapai angka yang cukup signifikan, hampir 40 persen," ujar Romi saat ditemui di lokasi rumah makannya.

Kenaikan harga kelapa ini berdampak langsung pada penggunaan santan, yang merupakan elemen penting dalam banyak masakan Padang. Meskipun tidak mengurangi takaran santan dalam setiap masakan, Rumah Makan Siang Malam Juanda terpaksa memperkecil porsi hidangan untuk menjaga margin keuntungan yang semakin menipis.

"Kami tidak ingin mengurangi kualitas rasa dengan mengurangi jumlah santan, tetapi kami harus realistis dengan kondisi pasar. Porsi terpaksa kami sesuaikan," jelas Romi.

Menurut penuturannya, harga kelapa mulai merangkak naik sejak bulan Ramadan dan terus mengalami peningkatan hingga saat ini. Harga santan yang sebelumnya berada di kisaran Rp 17.000 per kilogram, kini telah melonjak menjadi lebih dari Rp 20.000 per kilogram. Kenaikan ini tentu saja membebani biaya operasional rumah makan.

"Dalam sehari, kami membutuhkan sekitar 10 kilogram santan. Jadi, kenaikan harga beberapa ribu rupiah saja sudah sangat terasa dampaknya," imbuhnya.

Romi menjelaskan bahwa mereka tidak melakukan pengurangan jumlah pembelian bahan baku ataupun menaikkan harga jual makanan. Namun, konsekuensinya adalah, masakan yang menggunakan santan kini lebih cepat habis terjual.

"Biasanya, masakan bersantan masih tersedia hingga malam hari. Sekarang, siang atau sore saja sudah ludes. Kami memang sengaja membatasi stok untuk jenis masakan tersebut," kata Romi.

Romi menduga, kenaikan harga kelapa ini disebabkan oleh tingginya permintaan ekspor, yang mengakibatkan pasokan di dalam negeri menjadi terbatas dan harga melambung tinggi. Ia berharap pemerintah dapat segera mengambil tindakan untuk menstabilkan harga kelapa dan mempertimbangkan untuk menunda sementara kegiatan ekspor demi memenuhi kebutuhan pasar domestik.

"Kami berharap pemerintah bisa turun tangan. Jika harga kelapa stabil, atau bahkan turun, tentu akan sangat membantu kami para pelaku usaha kecil," pungkasnya.