Ketidakpastian Perang Dagang Bayangi Rupiah: Pelemahan Mata Uang Asia Berlanjut

Rupiah Tertekan, Investor Waspadai Eskalasi Perang Dagang

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan tren pelemahan pada perdagangan hari ini. Data pasar spot menunjukkan rupiah berada di level Rp 16.855,5 per dolar AS, terdepresiasi sebesar 26 poin atau 0,15 persen dibandingkan penutupan sebelumnya. Kurs referensi Bank Indonesia, Jisdor, juga mencatat pelemahan rupiah ke level Rp 16.862 per dolar AS.

Tekanan terhadap rupiah tidak hanya terjadi sendiri. Sebagian besar mata uang di kawasan Asia juga mengalami nasib serupa. Baht Thailand, yuan China, peso Filipina, won Korea Selatan, dan dolar Singapura turut melemah terhadap dolar AS. Hanya ringgit Malaysia, rupee India, dolar Taiwan, dan yen Jepang yang berhasil mencatatkan penguatan.

Menurut Lukman Leong, Analis Pasar Keuangan Doo Financial Futures, sentimen perang dagang menjadi faktor utama yang membebani kinerja rupiah dan mata uang Asia lainnya. Investor cenderung berhati-hati dan menanti perkembangan terbaru dari konflik dagang, terutama antara Amerika Serikat dan China. Meskipun sentimen global terlihat sedikit membaik, ketidakpastian seputar perang dagang masih membayangi pasar.

Selain faktor eksternal, kekhawatiran terhadap target pertumbuhan ekonomi Indonesia juga turut mempengaruhi sentimen pasar. Laporan terbaru dari International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7 persen untuk tahun 2025, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,1 persen, semakin menambah tekanan terhadap rupiah. Hal ini menimbulkan keraguan terhadap kemampuan pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen pada tahun 2029 yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.

Ibrahim menilai bahwa target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada tahun 2029 akan sulit tercapai jika pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini berada di bawah 5 persen. Oleh karena itu, Indonesia harus mampu meningkatkan laju pertumbuhan secara konsisten setiap tahun, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan mencapai sekitar 6,76 persen selama periode 2026-2029 untuk mencapai target tersebut.

Untuk mencapai target tersebut, pemerintah perlu melakukan akselerasi yang terencana dalam meningkatkan investasi, memperluas ekspor ke pasar nontradisional, serta mempercepat transformasi sektor manufaktur dan digital untuk menggenjot perekonomian nasional. Selain itu, Indonesia harus menjaga stabilitas ekonomi makro dengan memperkuat disiplin fiskal, mengelola utang secara hati-hati, dan memperluas basis pajak agar mampu membiayai program-program prioritas secara berkelanjutan.

Ibrahim memperkirakan bahwa pada perdagangan hari Selasa, rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi akan ditutup melemah di rentang Rp 16.840-Rp 16.900 per dollar AS.