Ekonomi Daerah Jadi Tumpuan di Tengah Gejolak Global, OJK Intensifkan Pengembangan Ekosistem Pembiayaan

Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang terus berlanjut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menekankan pentingnya peran ekonomi daerah sebagai pilar utama pertumbuhan ekonomi nasional. Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menyatakan bahwa diversifikasi motor-motor pertumbuhan yang berbasis pada kekuatan ekonomi domestik menjadi semakin krusial dalam menghadapi tantangan global.

Mahendra menyoroti proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang direvisi turun oleh Bank Dunia menjadi 4,7% pada tahun 2025, dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,1%. Penurunan ini menggarisbawahi perlunya upaya yang lebih intensif dan terarah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Upaya diversifikasi ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada sektor-sektor tradisional yang selama ini menjadi andalan utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kebutuhan untuk mendorong dan menjadikan motor-motor pertumbuhan perekonomian harus semakin terdiversifikasi, tidak semata menggantungkan kepada motor-motor pertumbuhan yang secara tradisional itu merupakan motor pertumbuhan utama Indonesia nasional," ujar Mahendra dalam Konferensi Nasional Pengembangan Ekonomi Daerah di Jakarta.

Sebagai respons terhadap tantangan ini, OJK telah mengambil langkah-langkah strategis untuk memperkuat ekonomi daerah. Salah satu fokus utama adalah pengembangan ekosistem pembiayaan yang lebih komprehensif dan inklusif, terutama di sektor agrobisnis dan hortikultura. Selama 1,5 tahun terakhir, OJK secara aktif berupaya meningkatkan akses pembiayaan bagi para pelaku usaha di sektor-sektor tersebut.

Ekosistem pembiayaan yang dikembangkan OJK tidak hanya terbatas pada penyaluran kredit dari perbankan, tetapi juga melibatkan berbagai lembaga jasa keuangan lainnya. Asuransi memainkan peran penting dalam melindungi petani dari risiko gagal panen atau bencana alam. Lembaga penjaminan juga turut serta untuk mengurangi risiko kredit bagi lembaga keuangan yang memberikan pinjaman. Selain itu, pembiayaan berbasis aktivitas di pasar modal dan pinjaman online (pinjol) juga menjadi bagian dari ekosistem ini.

Mahendra menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam pembiayaan sektor pertanian. Ia menjelaskan bahwa proposal pembiayaan yang melibatkan petani, peternak, dan nelayan harus mencakup seluruh rantai pasok, mulai dari pemasok hingga pembeli (off-taker). Dengan demikian, risiko pembiayaan dapat dikelola dengan lebih baik dan keberlanjutan usaha dapat terjamin. Tanpa jaminan dan kepastian penjualan, pembiayaan hanya akan fokus pada produksi tanpa mempertimbangkan aspek lain yang krusial.

"Kalau melibatkan petani, peternak, nelayan dan lain-lain sangat tidak mungkin untuk suatu proposal pembiayaan itu bisa dianggap cukup visible apabila tidak mencakup keseluruhan rantai pasok yang bisa dipenuhi. Mulai dari pemasok dari industri ataupun aktivitas ini sampai kepada off taker-nya sehingga satu aktivitas itu bisa dilihat betul dari A sampai Z. Kalau tidak maka hanya melihat produksinya saja tanpa ada kemudian penjaminannya, tanpa ada kemudian kepastian dalam penjualannya maka tidak akan bisa dilakukan," jelas Mahendra.

Inisiatif OJK ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional secara keseluruhan. Dengan memperkuat ekonomi daerah, Indonesia dapat lebih tahan terhadap guncangan ekonomi global dan mencapai pertumbuhan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.