Real Madrid harus mengakui keunggulan Barcelona dalam final Copa del Rey yang dramatis di Estadio Olimpico de Sevilla. Meskipun menelan kekalahan, satu nama menjadi sorotan: Kylian Mbappe. Penyerang asal Prancis itu baru dimasukkan ke lapangan pada babak kedua, menggantikan Rodrygo. Kehadirannya langsung memberikan dampak signifikan pada lini serang Los Blancos. Namun, keputusan Carlo Ancelotti untuk tidak menurunkannya sejak awal menimbulkan pertanyaan.

Masuknya Mbappe di babak kedua memberikan energi baru bagi serangan Madrid. Ia bahkan berhasil mencetak gol penyama kedudukan melalui tendangan bebas yang ia peroleh sendiri setelah dilanggar oleh Frenkie de Jong. Gol tersebut membangkitkan harapan Madrid untuk meraih gelar juara. Aurelien Tchouameni kemudian membawa Madrid unggul, namun Barcelona berhasil menyamakan kedudukan melalui Ferran Torres dan akhirnya memastikan kemenangan lewat gol Jules Kounde.

Ancelotti menjelaskan bahwa keputusan untuk mencadangkan Mbappe di awal pertandingan didasari oleh kondisi fisik sang pemain. Pelatih asal Italia itu merasa bahwa Mbappe tidak mampu bermain penuh selama 90 menit. Oleh karena itu, ia memilih untuk memasukkannya di babak kedua, dengan harapan Mbappe dapat memanfaatkan penurunan tempo permainan Barcelona.

"Saya memutuskan untuk memasukkan Mbappe di babak kedua ketika tempo permainan sedikit menurun. Dia masuk dan bermain sangat baik, mencetak gol penyama dan menciptakan banyak peluang," ujar Ancelotti. "Dia tidak mampu bermain selama 90 menit penuh, dan saya memilih untuk memasukkannya di babak kedua karena alasan itu."

Keputusan Ancelotti ini menunjukkan pertimbangan taktis yang matang. Meskipun Mbappe mampu memberikan kontribusi signifikan setelah masuk sebagai pemain pengganti, Ancelotti merasa bahwa strategi ini adalah yang terbaik untuk timnya dalam menghadapi Barcelona. Pertandingan final Copa del Rey ini menjadi bukti bahwa setiap keputusan pelatih memiliki dampak besar pada hasil akhir pertandingan.