Perang Dagang AS-China Pengaruhi Ketersediaan Daging Sapi Amerika di Restoran China
Perang dagang antara Amerika Serikat dan China terus memberikan dampak signifikan terhadap berbagai sektor ekonomi, termasuk industri kuliner di China. Restoran-restoran yang sebelumnya mengandalkan pasokan daging sapi impor dari Amerika Serikat kini menghadapi tantangan besar dalam memenuhi permintaan konsumen.
Daging sapi Amerika, yang populer di kalangan restoran BBQ, hotpot, dan steak di China, menjadi semakin sulit didapatkan akibat tarif impor yang meningkat sebagai respons terhadap kebijakan perdagangan kedua negara. Kenaikan tarif impor yang signifikan membuat harga daging sapi Amerika melambung tinggi, memaksa para pelaku bisnis restoran untuk mencari alternatif pasokan.
Menurut laporan, Amerika Serikat mengenakan tarif dasar impor sebesar 10 persen terhadap hampir seluruh negara. Namun, China menghadapi tarif yang jauh lebih tinggi, mencapai 145 persen, serta tarif resiprokal yang bisa mencapai 245 persen. Sebagai balasan, Beijing meningkatkan tarif hingga 125 persen untuk barang-barang impor dari Amerika Serikat.
Salah satu contoh nyata dari dampak perang dagang ini adalah restoran Home Plate di Beijing. Restoran yang sebelumnya mengandalkan daging sapi Amerika sebagai menu andalan, kini terpaksa menghentikan penyediaan menu tersebut. Home Plate, yang biasanya menghabiskan 7-8 ton daging brisket Amerika setiap bulannya untuk menu BBQ ala Amerika, kini beralih ke daging sapi impor dari Australia sebagai pengganti.
Direktur Home Plate, Charles de Pellette, mengungkapkan kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan bisnis restoran akibat perubahan ini. Restoran tersebut kini hanya menghabiskan sisa stok daging sapi Amerika yang ada. Setelah stok habis, mereka akan menggantinya dengan daging sapi Australia M5, yang dianggap memiliki rasa dan kualitas yang serupa. Keputusan ini diambil semata-mata karena kondisi perdagangan yang tidak menguntungkan.
Selain daging sapi, restoran steak di China juga mulai mengganti pasokan daging iga babi dari Amerika Serikat dengan daging dari Kanada. Perubahan ini menunjukkan bahwa perang dagang tidak hanya memengaruhi satu jenis produk, tetapi juga berdampak luas pada rantai pasokan makanan di China.
Perang dagang antara AS dan China terus berlanjut, para pengusaha restoran di China harus beradaptasi dengan mencari sumber pasokan alternatif dan menyesuaikan menu mereka untuk tetap menarik bagi konsumen. Dampak jangka panjang dari perang dagang ini terhadap industri kuliner di China masih perlu diamati lebih lanjut.