San Siro Tetap Bergemuruh: Dukungan Tak Tergoyahkan Suporter Milan di Tengah Performa Klub yang Terpuruk
San Siro Tetap Bergemuruh: Dukungan Tak Tergoyahkan Suporter Milan di Tengah Performa Klub yang Terpuruk
AC Milan memang tengah menghadapi musim yang penuh tantangan. Posisi mereka di Serie A jauh dari zona Liga Champions, ditambah kegagalan di Coppa Italia dan Liga Champions, telah memicu kekecewaan di kalangan pendukung. Namun, di tengah badai kritik dan performa yang mengecewakan, satu hal yang tetap tak tergoyahkan adalah dukungan loyal para penggemar Rossoneri. Stadion San Siro, rumah bagi klub legendaris ini, terus dipadati penonton pada setiap pertandingan.
Data terbaru dari Calcio e Finanza menunjukkan angka kehadiran penonton yang mengesankan. Dari 14 pertandingan terakhir, total 999.064 penonton telah memadati San Siro. Rata-rata kehadiran penonton per pertandingan mencapai 71.362, angka yang lebih tinggi dibandingkan rival sekota, Inter Milan, yang mencatatkan rata-rata 70.059 penonton. Bahkan, angka ini menempatkan AC Milan di posisi kedua dalam hal rata-rata kehadiran penonton di Serie A, hanya kalah dari AS Roma yang memiliki rerata hampir 62.000 penonton per laga. Kehadiran penonton yang tinggi ini menunjukkan betapa besarnya dedikasi dan kesetiaan suporter Milan, terlepas dari hasil pertandingan yang kurang memuaskan.
Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri adanya gelombang protes dari sejumlah suporter garis keras. Pada laga kandang melawan Lazio, kelompok Ultras Milan di Curva Sud masuk stadion 15 menit setelah pertandingan dimulai sebagai bentuk ekspresi kekecewaan terhadap performa tim dan kebijakan manajemen klub. Aksi protes ini ditandai dengan nyanyian-nyanyian keras yang secara konsisten menargetkan pemilik klub, Gerry Cardinale, dan mendesak penjualan klub. Nyanyian “Cardinale, kamu harus jual (klub), Cardinale, kamu harus pergi,” bergema di seluruh stadion, menunjukkan keresahan dan tuntutan sebagian suporter terhadap perubahan kepemilikan.
Menariknya, meskipun terjadi protes, angka kehadiran penonton secara keseluruhan tetap tinggi. Hal ini menunjukkan kompleksitas hubungan antara suporter dan klub. Di satu sisi, kekecewaan terhadap hasil pertandingan dan manajemen klub termanifestasikan dalam bentuk protes. Di sisi lain, dukungan dan loyalitas terhadap AC Milan tetap tak tergoyahkan. Tingginya angka kehadiran penonton menunjukkan bahwa ikatan emosional antara suporter dan klub jauh lebih kuat daripada hasil pertandingan semata.
Dilihat dari persentase kapasitas stadion yang terisi, AC Milan menempati peringkat ketiga, dengan tingkat kepenuhan mencapai 94 persen. Hanya Como 1907 (97,33 persen) dan Juventus (97 persen) yang memiliki tingkat kepenuhan stadion yang lebih tinggi. Data ini semakin menegaskan dedikasi suporter Milan, yang terus memberikan dukungan penuh meskipun tim kesayangannya sedang menghadapi masa-masa sulit.
Kesimpulannya, meski terpuruk di lapangan, AC Milan masih mendapatkan dukungan luar biasa dari para penggemarnya. San Siro tetap menjadi benteng yang kokoh bagi Rossoneri, sekaligus menjadi cerminan dari ikatan emosional yang kuat antara klub dan suporternya. Tingginya angka kehadiran penonton, bahkan di tengah protes, menunjukkan kekuatan dan kesetiaan yang patut diacungi jempol.