Aksi Pencurian Marak, Infrastruktur Publik di Jakarta Terancam

Jakarta, kota metropolitan yang terus berbenah diri dengan pembangunan infrastruktur modern seperti MRT, LRT, gedung pencakar langit, dan trotoar yang dipercantik, ternyata menyimpan ironi. Di balik gemerlapnya, sejumlah fasilitas publik justru mengalami kerusakan akibat maraknya aksi pencurian komponen besi.

Fenomena ini mengkhawatirkan, mengubah infrastruktur publik menjadi 'tambang besi' terbuka bagi para pelaku kejahatan. Dari kolong tol hingga halte Transjakarta dan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), bagian-bagian penting yang seharusnya menjamin keselamatan warga justru raib digondol maling. Ironisnya, aksi pencurian ini tak jarang terjadi di siang bolong, menunjukkan betapa beraninya para pelaku.

Kolong Tol Rawan

Salah satu kasus yang paling mencolok adalah hilangnya ratusan pelat besi di kolong Tol Dalam Kota, tepatnya di kawasan Papanggo, Jakarta Utara. Dilaporkan sekitar 400 pelat besi yang berfungsi sebagai pelapis langit-langit beton telah dicuri. Para pelaku dengan leluasa memotong dan mengangkut besi-besi tersebut.

Warga setempat mengaku menyaksikan langsung aksi pencurian tersebut. Bahkan, ketika seorang pelaku tertangkap, sekelompok orang berusaha menyerang petugas hingga akhirnya pelaku dibebaskan. Kondisi ini mencerminkan lemahnya pengawasan dan penegakan hukum, membuat warga merasa tidak berdaya.

PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) selaku pengelola tol membenarkan kejadian ini dan mengklaim telah menangkap beberapa pelaku. Pihak kepolisian juga mengonfirmasi penangkapan satu pelaku utama, sementara dua lainnya masih dalam pengejaran.

Halte Transjakarta Memprihatinkan

Kondisi serupa juga terjadi pada halte Transjakarta di kawasan Jalan Raya Bekasi, Cakung. Sebanyak 13 halte dilaporkan rusak parah akibat pencurian. Besi lantai, pagar tangga, hingga kaca penahan hilang tak bersisa. Bahkan, beberapa halte baru rusak sebelum sempat digunakan.

Di Halte Tipar Cakung, misalnya, kerusakan sedemikian parah sehingga warga enggan menunggu bus di dalam halte. Mereka lebih memilih menunggu di pinggir jalan karena khawatir terjatuh akibat lantai yang berlubang.

Dinas Bina Marga menyatakan telah berkoordinasi dengan pemilik aset halte dan meningkatkan patroli rutin bersama Satpol PP. Namun, upaya ini belum menyentuh akar permasalahan, yaitu siapa penadah besi-besi curian tersebut dan mengapa sistem pengamanan begitu lemah.

JPO: Ancaman Bagi Pejalan Kaki

Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), yang seharusnya menjadi fasilitas aman bagi pejalan kaki, justru menjadi lokasi pencurian yang sistematis. Di JPO Pegangsaan Dua, delapan anak tangga kehilangan pelat besi, menciptakan lubang yang menganga dan berpotensi mencelakai pengguna.

Di Tanjung Duren dan Daan Mogot, warga hampir terjatuh akibat lubang besar di tangga JPO. Di Semanggi, lampu penerangan baru hilang dalam waktu kurang dari seminggu. Di Jalan Raya Bekasi, pagar tangga dan atap JPO lenyap secara misterius.

Pengguna JPO mengeluhkan kondisi jembatan yang goyang saat dilintasi, terutama saat ramai. Anak tangga juga licin dan terkikis, meningkatkan risiko kecelakaan.

Merespons laporan kerusakan ini, pemerintah berencana memperbaiki 11 JPO. Tiga di antaranya berada di Jakarta Selatan, yaitu JPO Masjid Raya Pondok Indah, SDN 03 Pejaten, dan Pasar Minggu BSI.

Masalah pencurian besi di infrastruktur Jakarta bukan hanya soal kerugian material. Ini adalah cerminan dari lemahnya pengawasan, penegakan hukum yang kurang tegas, dan kurangnya perhatian terhadap keselamatan warga. Fasilitas publik yang seharusnya memberikan rasa aman justru berubah menjadi ancaman.

Langkah-langkah pengawasan seperti pemasangan CCTV di 11 JPO memang diperlukan, tetapi belum cukup. Dibutuhkan strategi yang lebih komprehensif, mulai dari pengamanan terpadu hingga audit menyeluruh terhadap seluruh infrastruktur publik di Jakarta. Untuk mewujudkan Jakarta sebagai kota global, keamanan dan kenyamanan warganya harus menjadi prioritas utama.