Banjir di Desa Bunibakti Bekasi: 11.000 Jiwa Terdampak, Tanggul Jebol Perparah Situasi
Banjir di Desa Bunibakti Bekasi: 11.000 Jiwa Terdampak, Tanggul Jebol Perparah Situasi
Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, sejak Selasa (4/3/2025) telah mengakibatkan banjir besar yang merendam Desa Bunibakti, Kecamatan Babelan. Hingga Jumat (7/3/2025), sebanyak 11.000 jiwa dari 36 RT di 17 RW masih terdampak bencana alam ini. Ketinggian air yang awalnya mencapai 1,5 hingga 2 meter, kini telah surut menjadi sekitar 50 sentimeter. Namun, dampaknya terhadap kehidupan masyarakat masih terasa signifikan.
Kepala Desa Bunibakti, Sidi Sumardi, dalam keterangannya kepada awak media di lokasi terdampak, menjelaskan bahwa meluapnya Sungai Cikarang Bekasi Laut (CBL) menjadi penyebab utama banjir. Sungai CBL sendiri menerima kiriman air dari Sungai Cikeas dan Kali Bekasi yang turut meluap akibat intensitas hujan tinggi. Situasi diperburuk oleh jebolnya tanggul di RT 14 RW 08. Kejadian ini mengakibatkan terendamnya sekitar 200 hektare lahan persawahan, menambah beban penderitaan warga.
Dalam dua hari pertama pascabanjir, kondisi sangat memprihatinkan. Warga terpaksa mengungsi ke berbagai tempat, termasuk masjid-masjid di sekitar desa. Keterbatasan tempat pengungsian yang aman membuat sejumlah warga bahkan harus berlindung di pinggir jalan raya. Beruntung, saat ini sebagian besar warga telah dapat kembali ke rumah masing-masing meskipun kondisi rumah masih terdampak genangan air.
Dampak Banjir:
- Jumlah Jiwa Terdampak: 11.000 jiwa
- Luas Area Terdampak: 36 RT di 17 RW Desa Bunibakti
- Penyebab Utama: Meluapnya Sungai CBL akibat kiriman air dari Sungai Cikeas dan Kali Bekasi
- Faktor Pemburuk: Jebolnya tanggul di RT 14 RW 08, mengakibatkan terendamnya 200 hektare sawah
- Ketinggian Air Saat Ini: Sekitar 50 sentimeter
Pemerintah desa bersama instansi terkait kini tengah fokus pada penanganan pascabanjir dan pemulihan kondisi warga terdampak. Upaya pemulihan infrastruktur dan bantuan logistik terus didistribusikan. Namun, perbaikan tanggul yang jebol menjadi prioritas utama untuk mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang. Penanganan jangka panjang juga diperlukan untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim dan meningkatkan kapasitas infrastruktur daerah dalam menghadapi bencana banjir.