Peningkatan Aktivitas Anak Jalanan dan Pengemis di Mataram Selama Ramadan Memicu Keprihatinan Warga
Peningkatan Aktivitas Anak Jalanan dan Pengemis di Mataram Selama Ramadan Memicu Keprihatinan Warga
Ramadan di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), tahun ini diwarnai peningkatan aktivitas anak jalanan dan pengemis, khususnya di area keramaian dan pusat penjualan takjil. Fenomena ini telah menimbulkan keresahan di tengah masyarakat, menyusul adanya laporan warga yang merasa terganggu dan bahkan terintimidasi oleh aksi meminta-minta yang terkadang disertai paksaan.
Azzahra, salah satu warga Kota Mataram, menuturkan pengalaman tidak menyenangkannya saat berbelanja takjil di Jalan Majapahit pada Jumat, 7 Maret 2025. Ia menceritakan bagaimana tasnya ditarik-tarik oleh seorang anak yang meminta uang. Ia mengamati bahwa jumlah anak jalanan dan pengemis di lokasi tersebut cukup signifikan, terdiri dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga remaja. Sentimen serupa diungkapkan Emi Kusuma, warga lainnya, yang juga mengeluhkan banyaknya anak jalanan yang mengemis di sepanjang Jalan Majapahit. Ia memperkirakan jumlahnya lebih dari sepuluh orang, dan khawatir situasi serupa terjadi di lokasi lain di Kota Mataram.
Kekhawatiran warga ini bukan tanpa alasan. Peningkatan jumlah anak jalanan dan pengemis yang meminta-minta di tempat umum dinilai mengganggu kenyamanan dan keamanan masyarakat, khususnya selama bulan Ramadan, ketika aktivitas di luar rumah cenderung meningkat. Kondisi ini, menurut Emi, memerlukan tindakan cepat dari pemerintah agar tidak semakin meluas.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Mataram, Lalu Syamsul Adnan, menjelaskan bahwa pihaknya telah mengerahkan satgas sosial untuk melakukan pemantauan di berbagai titik strategis, termasuk pusat-pusat kuliner takjil. Pemantauan ini dilakukan intensif, mulai pukul 07.00 WITA hingga 24.00 WITA. Satgas bertugas mendata identitas anak jalanan dan pengemis yang ditemukan, memberikan imbauan agar mereka pulang, dan melakukan asesmen lebih lanjut untuk menentukan tindak lanjut yang tepat. Tindak lanjut tersebut bisa berupa pengusulan sebagai penerima bantuan sosial atau tindakan lain yang sesuai dengan hasil asesmen bersama lurah setempat.
Selain upaya penindakan, Dinsos Kota Mataram juga mengimbau masyarakat agar lebih bijak dalam bersedekah. Syamsul Adnan menyarankan agar pembagian sembako dan bantuan lainnya diarahkan kepada lembaga-lembaga masyarakat yang lebih terstruktur, seperti remaja masjid, kepala lingkungan, atau Baznas Kota Mataram, guna memastikan penyaluran bantuan lebih tepat sasaran dan efektif mengurangi angka anak jalanan dan pengemis di Kota Mataram.
Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
- Peningkatan aktivitas anak jalanan dan pengemis: Fenomena ini menjadi perhatian utama dan memicu keresahan warga Mataram.
- Lokasi kejadian: Jalan Majapahit, Kota Mataram, dan kemungkinan lokasi lain yang ramai, terutama pusat penjualan takjil.
- Respon pemerintah: Dinas Sosial Kota Mataram telah mengerahkan satgas untuk melakukan pemantauan, pendataan, dan asesmen.
- Imbauan kepada masyarakat: Dinsos mengimbau agar bantuan sosial disalurkan melalui lembaga-lembaga resmi untuk menghindari pembagian yang tidak tepat sasaran.
- Keresahan warga: Warga merasa terganggu dan tidak nyaman dengan keberadaan anak jalanan dan pengemis yang meminta-minta dengan paksaan.
Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah sejauh ini perlu diapresiasi, namun tetap diperlukan pengawasan dan evaluasi yang berkelanjutan agar permasalahan ini dapat teratasi secara efektif dan berkelanjutan. Peran serta masyarakat juga sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua warga.